Senin, 30 Juni 2025

Bimbing Calon Pengantin, KUA Karanganyar Gelar Bimwin untuk Tekan Angka Perceraian

Penyuluh Agama Islam KUA Karanganyar Sayono, sedang memberikan bimbingan perkawinan bagi calon pengantin di ruang konsultasi KUA Karangnyar, Senin (30/6/2025) (Foto: Artanti Laili Zulaiha)


Purbalingga-Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Karanganyar menggelar kegiatan Bimbingan Perkawinan (Bimwin) bagi calon pengantin yang bertempat di ruang konsultasi KUA Karanganyar, 
Senin (30/6/2025).

Penyuluh Agama Islam (PAI) KUA Karanganayar Sayono menjelaskan, bahwa kegiatan ini bertujuan membekali pasangan calon pengantin dengan pengetahuan dasar seputar kehidupan rumah tangga untuk menciptakan keluarga yang harmonis dan religius.

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search?q=karanganyar

Bimbingan ini menghadirkan materi yang komprehensif, mulai dari Tujuan dan Nilai-Nilai Pernikahan dalam Islam, Hak dan Kewajiban Suami Istri, hingga Manajemen Konflik, Komunikasi Efektif, dan Perencanaan Keuangan dan Keluarga

"Tidak hanya itu, peserta juga dibekali dengan pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi, Pendidikan Anak, serta Tantangan Rumah Tangga Masa Kini," jelasnya.

Lebih lanjut Sayono, mengatakan bahwa program ini merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam mempersiapkan pasangan pengantin sejak dini untuk menjalani kehidupan berumah tangga secara matang.

“Kami berharap melalui Bimwin ini, calon pengantin mampu membangun rumah tangga yang kuat, sakinah, mawaddah, dan warahmah,” ujarnya.

Penyampaian materi dilakukan secara interaktif, lengkap dengan sesi diskusi dan tanya jawab. Suasana kegiatan berlangsung hangat dan mendapat respons positif dari para peserta.

Melalui program ini, KUA Karanganyar berharap dapat menekan angka perceraian di wilayahnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup rumah tangga masyarakat secara menyeluruh.(*)

Kontributor : Artanti Laili Zulaiha (KUA Karanganyar)
Editor: Imam Edi Siswanto

Minggu, 29 Juni 2025

Penyuluh Agama Islam Kankemenag Purbalingga Jadi Fasilitator Pendidikan Anti Narkoba Bagi Keluarga

PAIF Kankemenag Purbalingga Yuyu Yuniawati, saat menyampaikan materi pada Workshop Fasilitasi Pendidikan Anti Narkoba Bagi Keluarga oleh BNNK Purbalingga di Balai Desa Jompo, Rabu (25/6/2025) lalu. (Foto: Yuyu Yuniawati)


Purbalingga-Beberapa waktu lalu Penyuluh Agama Islam Fungsional (PAIF) Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Purbalingga Yuyu Yuniawati, yang bertugas di KUA Kecamatan Padamara menyampaikan materi di acara Workshop Fasilitasi Pendidikan Anti Narkoba Bagi Keluarga.

Acara yang diselenggarakan oleh Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Purbalingga dalam rangkaian peringatan HANI (Hari Anti Narkotika Internasional) tahun 2025 tingkat Kabupaten Purbalingga, berlangsung di Balai Desa Jompo Kecamatan Kalimanah, Rabu (25/6/2025).

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/YUYU%20YUNIAWATI

Dijelaskan oleh Yuyu yang juga sebagai pengurus POKJA 1 TP PKK Kabupaten Purbalingga, bahwa kegiatan tersebut berkolaborasi dengan TP PKK (Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) dan Dinas Sosial Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DINSOSDALDUKKBP3A) Kabupaten Purbalingga.

“Desa Jompo yang tahun ini dijadikan sebagai Desa Bersinar atau Bersih dari Narkoba, menjadi sasaran kegiatan. Sebanyak 40 orang peserta dari 20 keluarga terdiri dari 20 anak dan 20 ayah dan ibu siap mengikuti dan menerima transfer ilmu dari para fasilitator,” jelasnya.

Sementara itu, ada 7 materi yang disampaikan oleh para fasilitator dalam kegiatan tersebut, yaitu. 

Disampaikan fasilitator dari BNNK
1. Narkoba dan dampaknya bagi kehidupan.
2. Memahami tekanan teman sebaya
3. Mengenali nilai-nilai keluarga dan komunikasi

Disampaikan oleh fasilitator dari PKK
1. Membangun kualitas positif pada anak dan orang tua
2. Kualitas positif keluarga kami

Disampaikan oleh fasilitator dari DINSOSDALDUKKBP3A
1. Cara menangani stress
2. Menekan perilaku yang tidak diinginkan orangtua dan anak

“Kolaborasi dalam kegiatan ini menjadi ikhtiar bersama dalam mewujudkan Purbalingga Bersinar atau Bersih dari Narkoba,” ucapnya.

Ia berharap, para orang tua dan anak memahami bahaya narkoba dalam kehidupan mereka. Dan sebagai bentuk pencegahan, mereka harus memiliki ketahanan diri yang kuat yang akan sangat berpengaruh untuk mewujudkan ketahanan keluarga.

“Sehingga tercipta kesadaran kolektif dalam keluarga untuk bersama-sama mencegah penyalahgunaan narkoba. Jangan sampai narkoba masuk pada ruang-ruang dalam keluarga,” ucapnya.(*)

Kontributor: Yuyu Yuniawati (PAIF Kankemenag Purbalingga)
Editor: Imam Edi Siswanto

Hijrah Nabi Muhammad SAW sebagai Refleksi Perubahan Peradaban

Design grafis by IES

Hijrah Nabi Muhammad SAW sebagai Refleksi Perubahan Peradaban
Oleh Imam Edi Siswanto (Ketua Tim Efektif Media PAI Kemenag Purbalingga)

Rasulullah SAW hijrah pada masa awal kenabian, tepatnya pada tahun ke-13 kenabian (622 M), setelah beliau berdakwah di Makkah selama 13 tahun. Peristiwa hijrah ini menjadi tonggak penting dalam sejarah Islam, bahkan dijadikan sebagai awal penanggalan kalender Hijriyah.

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/06/idul-adha-mengajarkan-ketaatan.html

Alasan Hijrah
Hijrah dilakukan karena tekanan, intimidasi, dan penyiksaan terhadap kaum Muslimin di Makkah semakin parah. Kaum Quraisy tidak hanya menolak dakwah Nabi SAW tetapi juga menyiksa para pengikutnya, memboikot ekonomi, hingga merencanakan pembunuhan terhadap Nabi SAW. (QS An-Nahl: 41 dan Al-Anfal: 72)

Tujuan Hijrah
Tujuan hijrah bukan sekadar menyelamatkan diri, tetapi untuk membangun masyarakat Islam yang kuat, aman, dan merdeka dalam menjalankan ajaran Islam. Di Madinah, Rasulullah SAW membentuk pemerintahan Islam pertama, menyusun Piagam Madinah sebagai dasar negara multikultural, serta mempererat ukhuwah antara kaum Muhajirin dan Anshar. Hijrah menjadi simbol perubahan, perjuangan, dan permulaan kebangkitan umat Islam.

Allah berfirman: "Siapa yang berhijrah di jalan Allah niscaya akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang banyak dan kelapangan (rezeki dan hidup)." (QS. An-Nisa: 100).

Tahun Baru Islam memberikan kesempatan untuk melakukan evaluasi diri (muhasabah), Rasulullah saw bersabda: “Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati” (HR. Tirmidzi). Maka, menyambut tahun baru hendaknya bukan dengan euforia, tetapi dengan perenungan dan niat memperbaiki diri.

Hal ini menegaskan bahwa tahun baru Islam adalah simbol perubahan ke arah yang lebih baik, baik secara individu maupun kolektif.

Semangat hijrah hendaknya terus hidup dalam jiwa setiap Muslim sebagai motivasi untuk memperbaiki akhlak, memperkuat iman, dan menegakkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Refleksi
Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah bukan hanya peristiwa perpindahan fisik semata, melainkan titik balik yang monumental dalam sejarah Islam dan peradaban manusia.

Perjalanan ini menjadi simbol transisi dari masa penindasan menuju kebebasan, dari keterbatasan menuju kemajuan sosial dan spiritual.

Di balik hijrah, tersimpan semangat perubahan yang mendasar, membangun masyarakat yang berlandaskan keadilan, toleransi, dan persaudaraan lintas suku dan golongan.

Setibanya di Madinah, Rasulullah tidak hanya menyebarkan ajaran agama, tetapi juga meletakkan fondasi sebuah tatanan sosial yang inklusif.

Beliau mempersatukan kaum Muhajirin dan Anshar, serta membentuk Piagam Madinah sebagai konstitusi awal yang menjamin hak-hak berbagai komunitas, termasuk non-Muslim.

Ini menunjukkan bahwa hijrah menjadi tonggak perubahan besar dalam model kepemimpinan dan pemerintahan yang humanis dan berkeadilan.

Hijrah juga mengajarkan bahwa perubahan besar menuntut pengorbanan, keberanian, dan visi yang jauh ke depan. Rasulullah dan para pengikutnya harus meninggalkan harta, rumah, bahkan keluarga demi keyakinan mereka.

Namun dari pengorbanan itu lahirlah peradaban baru yang kelak memberi warna pada dunia dalam bidang ilmu pengetahuan, etika sosial, hingga sistem hukum.

Sebagai refleksi masa kini, hijrah menjadi simbol penting dalam upaya transformasi diri dan masyarakat. Ia mengajarkan bahwa setiap perubahan besar bermula dari langkah kecil yang konsisten dan bermakna.

Di tengah tantangan zaman modern, semangat hijrah menginspirasi umat manusia untuk terus bergerak menuju peradaban yang lebih adil, bermartabat, dan penuh kasih sayang, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW dalam hijrahnya.

Dengan demikian, hijrah tidak hanya terbatas pada aspek fisik, tetapi juga mencakup perubahan sikap mental dan moral untuk meningkatkan kualitas iman dan takwa.


Sumber:
Syarif El Abbas & Saifuddin Zuhri Qudsy, Memahami Hijrah dalam Realitas Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad (Jurnal Living Hadis, UIN Sunan Kalijaga, 2019).

Ahmad Zayyadi, Sejarah Konstitusi Madinah Nabi Muhammad Saw (Supremasi Hukum: Jurnal Kajian Ilmu Hukum) & diulang di Wahana Akademika (Jurnal Studi Islam dan Sosial).

Alauddin Abubakar, Nilai‑Nilai Pendidikan Dalam Peristiwa Hijrah Rasulullah Saw (Jurnal Al‑Fikrah, 2021).

 

Selasa, 24 Juni 2025

Tambah 296 Penyuluh Agama, IPARI Barlingmascap Matangkan Strategi Bersama, Berikut Rencanaya

Suasana Rakor PD IPARI dari empat Kabupaten di eks Karesidenan Banyumas di Café Hotel Owabong Bojongsari, Purbalingga, Senin (23/6/2025) kemarin. (Foto: Artanti Laili Zulaiha) 

Purbalingga – Suasana Café Hotel Owabong Bojongsari, Purbalingga tampak terasa hangat saat para Pengurus Daerah (PD) Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI) dari empat kabupaten di eks Karesidenan Banyumas berkumpul dalam Rapat Koordinasi Daerah, Senin (23/6/2025) kemarin.

Ketua PD IPARI Kabupaten Purbalingga, Khikam Aziz, menjelaskan bahwa rapat ini merupakan agenda rutin yang bertujuan memperkuat koordinasi dan sinkronisasi antar daerah. Dan persiapan atas penambahan jumlah Penyuluh Agama, evaluasi dan perencanaan program serta persiapan kegiatan bersama.

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/06/rakor-pd-ipari-purbalingga-optimalisasi.html

“Rapat Koordinasi ini dilaksanakan untuk memperkuat sinergi antar PD IPARI dari kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, Banyumas, dan Cilacap dalam pelaksanaan tugas kepenyuluhan.,” jelasnya pada acara Rakor yang dihadiri oleh Ketua, Sekretaris, dan Bendahara PD IPARI dari Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap (Barlingmascap).

Menurutnya, Rakor dilaksanakan untuk memperkuat sinergi antar PD IPARI dari kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, Banyumas, dan Cilacap dalam pelaksanaan tugas kepenyuluhan. Dan Rakor ini menjadi forum untuk merespons dan menyikapi bertambahnya jumlah Penyuluh Agama baru.

Seiring dengan meningkatnya jumlah personel yang baru dilantik sebagai CPNS Formasi 2024, Ia menegaskan perlunya strategi atau kebijakan bersama terkait tugas, pembinaan, serta pengembangan kapasitas Penyuluh Agama.

“Purbalingga memperoleh tambahan 56 orang, Banjarnegara 55 orang, Banyumas 116 orang, dan Cilacap 69 orang. Secara keseluruhan, terdapat penambahan sebanyak 296 Penyuluh Agama,” ucapnya.

Sementara itu, salah satu hasil Rakor adalah keputusan untuk menggelar kegiatan bersekala besar pada Juli 2025.

Dan acara tersebut akan melibatkan seluruh Penyuluh Agama di wilayah eks Karesidenan Banyumas di Aula Indragiri Owabong Kabupaten Purbalingga dengan mengusung tema Deradikalisasi dan Moderasi Beragama.

Langkah ini diharapkan mampu memperkuat peran IPARI dalam merespons dinamika sosial keagamaan yang kian kompleks, sekaligus mempererat sinergi antar penyuluh dalam menjalankan tugas mulia di tengah masyarakat.(*)

Kontributor : Artanti Laili Zulaiha (PAI KUA Karanganyar)
Editor: Imam Edi Siswanto

Jumat, 20 Juni 2025

Penyuluh Agama Islam dan SMP N 2 Karangreja Gaungkan Anti Perundungan


Siswa-Siswi SMP Negeri 2 Karangreja saat mengikuti acara Sosialisasi Anti Perundungan oleh PAI KUA Karangreja di Aula SMP N 2 Karangreja, Senin, (17/6/2025) lalu. (Foto: Eva Lutfiati Khasanah)
 
Purbalingga-Dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan bebas dari praktik perundungan, Penyuluh Agama Islam (PAI) Kantor Urusan Agama (KUA) Karangreja gelar Sosialisasi Anti Perundungan di Aula SMP Negeri 2 Karangreja pada Senin, 17 Juni 2025 lalu.

Kolaborasi antara SMPN 2 Karangreja dan PAI KUA Karangreja diacara tersebut menghadirkan narasumber PAI KUA Pengadegan Jumanto yang dikenal dengan Kak Jumbo.

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search?q=karangreja

Dalam materinya Jumanto menjelaskan tentang perundungan dari berbagai sisi, termasuk dalam sudut pandang ajaran Islam.

Menurutnya, bahwa perundungan adalah perilaku menyakitkan yang terjadi secara berulang dan disengaja, baik secara fisik, verbal, emosional, maupun melalui media digital.

"Dampaknya tidak hanya pada korban, tapi juga pelaku dan lingkungan sekitar. Dampaknya bisa sangat panjang, mulai dari penurunan prestasi belajar, kecemasan, depresi, hingga trauma. Dan Islam mengajarkan kasih sayang dan saling menghormati, bukan menyakiti," jelasnya di hadapan para siswa kelas VII dan VIII beserta para guru pendamping.


PAI KUA Pengadegan saat menyampaikan materi kepenyuluhan bagi Siswa-Siswi SMP Negeri 2 Karangreja pada acara Sosialisasi Anti Perundungan oleh PAI KUA Karangreja di Aula SMP N 2 Karangreja, Senin, (17/6/2025) lalu. (Foto: Eva Lutfiati Khasanah)

Ia menjelaskan dalam prespektif agama yang menyentuh nilai kemanusiaan dan etika sosial, bahwa ajaran Islam sangat tegas melarang perbuatan yang merendahkan atau menyakiti sesama.

“Islam mengajarkan kita untuk saling menyayangi, menghormati, dan tidak saling menyakiti. Firman Allah dalam Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad SAW jelas menekankan pentingnya menjaga lisan dan perbuatan agar tidak melukai perasaan orang lain. Setiap individu berhak mendapatkan perlakuan yang adil dan dihormati,” ucapnya.

Kegiatan ini semakin hidup dengan adanya sesi interaktif, di mana siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan bertanya. Diskusi berlangsung aktif dan penuh semangat, mencerminkan kepedulian siswa terhadap isu ini.

Selain itu, Ia juga membekali peserta dengan Tips dalam menghadapi perundungan, termasuk keberanian untuk melapor dan memberikan dukungan kepada korban.

Di akhir acara, para siswa dan guru menyatakan komitmennya untuk menolak segala bentuk perundungan dan menjaga suasana sekolah yang harmonis.

Guru Bahasa Inggris SMP N 2 Karangreja memberikan apresiasi atas penyelenggaraan kegiatan ini.

"Kami sangat berterima kasih kepada Bapak Penyuluh Agama Islam atas bimbingan dan pencerahannya. Kegiatan ini sangat relevan dan penting untuk membentuk karakter siswa yang berakhlak mulia dan peduli terhadap sesama," ungkapnya.

Ia berharap kegiatan serupa terus dilakukan secara berkala. Dengan sosialisasi ini, diharapkan kesadaran kolektif akan pentingnya lingkungan sekolah yang aman, penuh empati dan kasih sayang, sehingga mendukung tumbuh kembang siswa secara optimal.

Kontributor : Eva Lutfiati Khasanah (PAI KUA Karangreja)
Editor: Imam Edi Siswanto

Cegah Pernikahan Dini, PAI KUA Karanganyar Gelar BRUS di SMA Ma’arif NU

Kepala KUA Karanganyar Amin Nasirudin (dua dari Kiri), PAI dan dan PAIF KUA Karanganyar saat pembukaan acara Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS) di SMA Ma’arif NU Karanganyar, Senin (16/6/ 2025). Senin (16/6/2025). (Foto : Tarom)

Purbalingga-Beberapa waktu yang lalu, dalam rangka menjalin kedekatan dengan kalangan remaja usia sekolah, Penyuluh Agama Islam (PAI) Kantor Urusan Agama (KUA) Karanganyar menyelenggarakan kegiatan Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS) di SMA Ma’arif NU Karanganyar, Senin (16/6/ 2025).

BRUS adalah program yang digagas oleh Kementerian Agama dan ditujukan untuk mendampingi remaja dalam menghadapi masa transisi menuju dewasa dengan lebih terarah. .

Tujuannya meliputi pengembangan diri, kesiapan menghadapi tantangan hidup, serta pembentukan sikap dan keputusan yang sehat dan bertanggung jawab. 

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search?q=karanganyar

Kepala KUA Karanganyar Amin Nasirudin, saat sambutan dan membuka acara tersebut, lebih menekankan tentang pentingnya pembinaan terhadap generasi muda.

“BRUS merupakan langkah strategis untuk memberikan pemahaman serta pendampingan kepada remaja agar menyadari pentingnya menunda pernikahan dini,” katanya.

Selain itu, menurutnya, program ini bertujuan untuk mengembangkan potensi diri remaja, mempersiapkan menghadapi berbagai tantangan, dan membantu dalam pengambilan keputusan yang bijak.

Sementara itu, materi yang disampaikan oleh para PAI KUA Karanganyar, mencakup beragam topik yang berkaitan erat dengan kehidupan remaja. Fokus utamanya adalah pencegahan pernikahan dini serta pembekalan keterampilan hidup.

Kemudian materi tentang kesehatan remaja, bahaya penyalahgunaan narkoba, edukasi tentang pernikahan dan kesiapan mental sebelum menikah.

PAI Fungsional KUA Karanganyar Sri Mulyati,, menyampaikan dampak negatif dari pernikahan dini, seperti risiko perceraian dan stunting.

Ia menegaskan pentingnya menunda usia pernikahan untuk mematangkan kesiapan diri. Hal ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019, tentang batas usia minimal menikah bagi laki-laki maupun perempuan adalah 19 tahun.

PAIF dan PAI KUA Karanganyar Sri Mulyati dan Sayono foto bersama usai acara Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS) di SMA Ma’arif NU Karanganyar, Senin (16/6/ 2025). Senin (16/6/2025). (Foto : Tarom)


“Undang-undang secara tegas menyebutkan bahwa usia minimal menikah untuk pria dan wanita adalah 19 tahun,” tegasnya dihadapan 79 siswa kelas X dan XI.

Pemateri lainnya, PAI KUA Karanganyar Sayono, menambahkan bahwa BRUS juga berperan sebagai media pendidikan karakter bagi para remaja.

“Selain mencegah pernikahan dini, BRUS juga menjadi wadah pembinaan karakter dan kepribadian remaja. Melalui kegiatan ini, mereka dibekali wawasan mengenai perencanaan pernikahan yang matang demi mewujudkan ketahanan keluarga dan melahirkan generasi unggul,” ucapnya.

Kegiatan BRUS yang digelar oleh KUA Karanganyar disambut baik oleh pihak SMA Ma’arif NU Karanganyar. Dan kerjasama ini diharapkan bisa terus berlanjut agar manfaat dari program BRUS semakin dirasakan oleh para siswa.(*)

Kontributor : Artanti Laili Zulaiha (PAI KUA Karanganyar)
Editor: Imam Edi Siswanto

Kamis, 12 Juni 2025

Puisi: Urab Mendoan Harmoni Ustad dan Umat

Design grafis by IES

URAB MENDOAN: Harmoni Ustad dan Umat
Oleh Fitriana Pusporini (Penyuluh Agama Islam KUA Kutasari) 

Ustad dan umat bersatu padu,
Rajin bertani, menanam harapan baru.
Bersama Kemenag Purbalingga berdiri,
Mendukung hidup, menopang negeri.

URAB MENDOAN, inovasi gemilang,
Menebar berkah di ladang kehidupan.
Dari tangan-tangan penuh semangat,
Tumbuh panen, membawa manfaat.

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/04/bumiku-sayang-bumiku-malang.html

Di ladang hijau, doa dan kerja,
Bersinergi membangun jiwa dan raga.
Umat rajin, ustad membimbing,
Hidup sejahtera, masa depan cemerlang.

Program ini bukan sekadar kata,
Namun nyata dalam setiap langkah kita.
Mendorong masyarakat maju dan mandiri,
Menjadi teladan, inspirasi abadi.

URAB MENDOAN, sinergi penuh makna,
Menjadi cahaya di tengah desa.
Kemenag Purbalingga, penggerak utama,
Membangun bangsa, dari ladang dan jiwa. (*)

Publisher: Imam Edi Siswanto 

Rabu, 11 Juni 2025

Sayono dan Priyatmi Tekankan Pentingnya Jaga Kesehatan Reproduksi Pada Catin

PAI KUA Karanganyar dan Petugas dari Puskesmas Karanganyar saat menyampaikan materi Bimbingan Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin di KUA Karanganyar, Rabu (11/6/2025) (Foto: Artanti Laili Zulaiha)


Purbalingga-Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Demikian dijelaskan oleh Penyuluh Agama Islam (PAI) Kantor Urusan Agama (KUA) Karanganyar, Purbalingga, Jawa Tengah Sayono dalam acara Bimbingan Perkawinan (Binwin) pada Calon Pengantin (Catin) di aula lantai 2 KUA Karanganyar, Rabu (11/6/2025).

Dalam memberikan motivasinya kepada calon pengantin, Ia menjelaskan tentang pengertian perkawinan sesuai dengan Undang-Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974.

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/06/pai-kua-karanganyar-sayono-tekankan.html

Berdasarkan pengertian tersebut, tujuan dari perkawinan adalah membangun keluarga yang bahagia dan langgeng dengan landasan Ketuhanan Yang Maha Esa.

“Dan kesehatan reproduksi memiliki kaitan erat dengan tujuan tersebut, karena kondisi kesehatan reproduksi pasangan berperan penting dalam menentukan kualitas kehidupan berumah tangga serta kemampuan untuk memiliki anak,” jelasnya.

Sementara itu, narasumber dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Karanganyar Priyatmi, menjelaskan, bahwa kesehatan reproduksi bagi calon pengantin merupakan awal terbentuknya sebuah keluarga, sehingga penting bagi mereka untuk mempersiapkan kondisi kesehatannya sebelum menikah.

Para peserta kegiatan Bimbingan Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin di KUA Karanganyar, Rabu (11/6/2025) (Foto: Artanti Laili Zulaiha)

Hal ini bertujuan agar mereka dapat menjalani kehamilan yang sehat, melahirkan generasi yang sehat dan cerdas, serta mewujudkan keluarga yang sehat, sejahtera, dan berkualitas.

“Kesehatan reproduksi bagi calon pengantin memiliki peran penting dalam mewujudkan generasi yang sehat dan berdaya pikir cerdas,” jelasnya kepada para peserta Bimwin..

Pemeriksaan kesehatan sebelum menikah, sambungnya, dapat berfungsi sebagai langkah deteksi dini terhadap penyakit menular serta membantu mengenali faktor risiko yang bisa berdampak pada kesehatan kehamilan dan tumbuh kembang janin.

Kesehatan reproduksi merupakan langkah awal dalam upaya menjaga kesehatan ibu dan anak yang sebaiknya dipersiapkan sejak dini, bahkan sebelum seorang perempuan memasuki masa kehamilan atau menjadi seorang ibu.

Pernikahan bukan sekadar penyatuan dua individu dengan rasa dan visi hidup yang sejalan, tetapi juga sering kali bertujuan untuk melahirkan keturunan sebagai penerus keluarga.

Oleh sebab itu, pemeriksaan kesehatan pranikah menjadi bagian penting dalam mempersiapkan kelahiran anak yang sehat dan sejahtera.

“Menikah adalah impian yang diidamkan oleh banyak orang,” ucapnya.

Narasumber dan para Catin foto bersama usai acara Bimbingan Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin di KUA Karanganyar, Rabu (11/6/2025) (Foto: Artanti Laili Zulaiha)


Berikut penjelasan singkatnya.

Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi
Pengertian Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah kondisi sejahtera secara fisik, mental, dan sosial yang menyeluruh, bukan hanya bebas dari penyakit atau cacat, dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.

Organ Reproduksi
Organ reproduksi merupakan bagian tubuh yang berperan dalam sistem reproduksi. Organ ini dibagi menjadi dua.

Pertama, organ reproduksi wanita: terdiri dari ovarium, fimbriae, saluran tuba, rahim (uterus), dan vagina. Kedua, organ reproduksi pria meliputi testis, skrotum, saluran sperma, penis, dan uretra. Karena fungsinya yang vital, organ reproduksi harus dijaga kesehatannya. Edukasi mengenai hal ini perlu diberikan sejak dini, khususnya kepada remaja dan calon pengantin.

Pemeriksaan Kesehatan Reproduksi
Pemeriksaan atau skrining dilakukan untuk mendeteksi kondisi reproduksi sejak awal. Ada dua macam skrining,

pertama skrining pra nikah yaitu pemeriksaan yang dilakukan sebelum pernikahan untuk mengetahui kondisi genetik, serta risiko infeksi menular lewat darah atau hubungan seksual.

Disarankan dilakukan minimal 6 bulan sebelum menikah. Manfaatnya antara lain mencegah penyakit keturunan seperti thalasemia, mengetahui kondisi kesehatan diri dan pasangan, serta menumbuhkan rasa saling percaya.

Kedua, skrining marital yaitu dilakukan menjelang pernikahan, meliputi pemeriksaan fisik, riwayat penyakit keturunan, infeksi menular, alergi, dan kesehatan organ reproduksi.

Penyakit Menular Seksual (PMS)
PMS adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, dan lebih berisiko terjadi pada individu yang berganti-ganti pasangan.

Jenis PMS antara lain, Gonore (disebabkan oleh bakteri, gejala pada pria seperti nyeri dan nanah saat buang air kecil dan pada wanita sering tanpa gejala), Klamidia (infeksi bakteri dengan gejala mirip gonore tapi lebih ringan).

Berikutnya, Sifilis (ditandai dengan luka tak nyeri di kemaluan, bengkak kelenjar, ruam, hingga kerusakan saraf), Herpes Genital (disebabkan virus, muncul bintil berisi cairan, sering pada penderita HIV).

Kemudian Trikomoniasis (akibat parasit, menyebabkan cairan vagina berbau dan berwarna kehijauan, serta iritasi pada mulut rahim), dan Kandidiasis (infeksi jamur dengan gejala keputihan kental dan rasa gatal, bila parah bisa mengindikasikan HIV).(*)

Kontributor : Artanti Laili Zulaiha/ KUA Karanganyar
Editor: Imam Edi Siswanto

Selasa, 10 Juni 2025

PAI KUA Karanganyar Sayono, Tekankan Sakralnya Ikatan Pernikahan dalam Binwin Catin

PAI KUA Karanganyar, Purbalingga, Sayono, saat Binwin kepada para Calon Pengantin di aula lantai 2 KUA Karanganyar, Selasa (10/6/2025).(Foto: Artanti Laili Zulaiha)

Purbalingga- Penyuluh Agama Islam (PAI) Kantor Urusan Agama (KUA) Karanganyar, Purbalingga, Jawa Tengah Sayono, menekankan kepada para Calon Pengantin, bahwa mitsaqan ghalizha atau perjanjian yang kuat adalah pondasi penting yang harus dijaga dan dipelihara oleh pasangan suami istri.

“Janji ini bukan hanya sekadar perjanjian antara dua individu, tetapi juga perjanjian antara suami istri dengan Allah SWT,” ucapnya dalam acara Bimbingan Perkawinan (Binwin) pada Calon Pengantin (Catin) di aula lantai 2 KUA Karanganyar, Selasa (10/6/2025). 

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search?q=karanganyar

Menurutnya, acara Binwin yang rutin dilaksanakan di KUA Karanganyar adalah upaya mewujudkan keluarga sakinah, sebagai bekal bagi para calon pengantin.

Lebih lanjut, Ia menjelaskan, mitsaqan ghalizha digunakan untuk menegaskan bahwa pernikahan merupakan ikatan yang sakral.

Oleh karena itu, suami dan istri perlu menghormati ikatan tersebut, serta berkomitmen untuk menjaga dan mempertahankannya dengan teguh.

“Pernikahan bukan hanya tentang menyatukan dua individu, melainkan merupakan titik awal dari sebuah perjalanan panjang yang menuntut komitmen, tanggung jawab dan kesabaran,” ungkapnya.

Keharmonisan dalam pernikahan, sambungnya, tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dirawat melalui saling pengertian, komunikasi yang sehat, dan niat yang tulus karena Allah.

“Tanpa adanya upaya bersama, cinta dapat memudar dan rumah tangga bisa mengalami keretakan, meskipun diawali dengan ikrar suci,” ucapnya.

Pernikahan bukan bertujuan untuk mengubah salah satu pihak agar menyerupai pasangannya, melainkan mengajarkan kedua belah pihak untuk saling memahami dan menerima perbedaan yang ada, sehingga dapat tercipta kebahagiaan dan ketenangan dalam hubungan suami istri.(*) 

Kontributor: Artanti Laili Zulaiha/ KUA Karanganyar
Editor: Imam Edi Siswanto

Minggu, 08 Juni 2025

Idul Adha: Momentum Meningkatkan Ketakwaan dan Kepedulian Sosial

Design Grafis by IES

Idul Adha: Momentum Meningkatkan Ketakwaan dan Kepedulian Sosial

Penulis: Much Yulianto Sidik (PAI Kankemenag Purbalingga-KUA Mrebet 1)
Editor/Publisher: Imam Edi Siswanto


Baru saja kita telah melaksanakan Hari Raya Idul Adha, Hari Raya ini sangat spesial bagi umat Islam. Mengapa demikian? Karena pada hari inilah dua ibadah besar dilaksanakan, yaitu ibadah haji dan ibadah qurban.

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/06/idul-adha-mengajarkan-ketaatan.html

Ibadah haji dilaksanakan di tanah suci Makkah, dan menjadi rukun Islam yang kelima. Ibadah ini disyariatkan oleh Nabi Muhammad SAW setelah sebelumnya Nabi Ibrahim AS mendapat perintah dari Allah SWT untuk membangun Ka'bah bersama putranya, Nabi Ismail AS.

Nabi Muhammad SAW melakukan haji secara resmi hanya satu kali selama hidupnya, yaitu pada tahun ke-10 Hijriah, yang dikenal sebagai Haji Wada' atau Haji Perpisahan. Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa beliau bersabda kepada umatnya dalam khutbah haji tersebut.

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/M%20YULIANTO%20SIDIQ

"Ambillah dariku manasik kalian, karena aku mungkin tidak akan berhaji lagi setelah tahun ini." ( HR. Muslim)

Sedangkan ibadah qurban memiliki sejarah yang sangat mulia. Berawal dari perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS.

Karena ketaatan dan keikhlasan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, Allah SWT mengganti perintah tersebut dengan seekor domba. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’an.

"Kami memanggil dia, “Wahai Ibrahimsungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan, Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata, Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar." (QS. As-Shaffat: 104–107).

Ibadah qurban bukan hanya sekadar menyembelih hewan. Di balik itu, terkandung makna yang dalam. Qurban merupakan simbol ketaatan, pengorbanan, dan usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Selain itu, ibadah qurban mengajarkan kita untuk mengikis sifat-sifat hewani dalam diri manusia, seperti, suka bermusuhan, mudah marah dan menyerang, egois dan tamak, suka memaki dan menyakiti orang lain.

Dengan berqurban, kita diajarkan untuk memiliki jiwa sosial, peduli terhadap sesama, dan menumbuhkan empati terhadap orang-orang yang kurang mampu. Allah SWT berfirman:

"Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin.“ (QS. Al-Hajj: 37).

Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama dari qurban adalah mewujudkan ketakwaan, bukan sekadar ritual fisik.

Semoga momentum hari raya ini tidak hanya menjadi ajang ritual tahunan, tetapi juga menjadi sarana untuk meningkatkan ketakwaan, keikhlasan, serta kepedulian sosial kita sebagai umat Islam.

Marilah kita terus meneladani keimanan dan pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, serta menjadikan nilai-nilai qurban sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang ikhlas dan bertakwa. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin. (*)

Rakor PD IPARI Purbalingga: Optimalisasi Dakwah Digital dan Pencegahan Radikalisme


 

Minimal Satu Hari, Satu KUA, Satu Berita


 

Penyuluh Agama Islam Bergerak


 

PAI KUA Kalimanah Isi Pelatihan Pemulasaran Jenazah Baznas Purbalingga


 

Penyuluh Agama Islam Kemenag Purbalingga Harus Kerja Efektif dan Kreatif di Sosial Media


 

Jumat, 06 Juni 2025

Meneladani Makna Idul Adha, Berkurban dan Semangat Kemanusiaan oleh Rahyanto DN

Design Grafis by IES

Hari ini, umat Islam di seluruh penjuru dunia bersatu dalam perayaan Idul Adha, hari raya penuh makna yang tidak hanya menandai ketaatan spiritual, tetapi juga menggugah kepekaan sosial kita sebagai sesama manusia.

Di waktu yang bersamaan, jutaan saudara kita yang sedang menunaikan ibadah haji kini berkumpul di Padang Arafah, menjalani wukuf, momen puncak dari perjalanan spiritual mereka.
 
Idul Adha bukanlah sekadar ritual tahunan. Ia adalah momen refleksi yang mendalam, yang mengajak kita untuk menengok kembali dua sisi ibadah dalam Islam, yakni dimensi vertikal yang menghubungkan manusia dengan Sang Khalik, dan dimensi horizontal yang menegaskan hubungan antarsesama manusia.

Dalam ibadah kurban, kita diajarkan lebih dari sekadar menyembelih hewan. Kita diajak untuk menyembelih egoisme, mengikis ketamakan, dan menumbuhkan empati.

Ajaran kurban adalah ajakan nyata untuk peduli, untuk hadir di tengah-tengah mereka yang hidup dalam kekurangan dan kesendirian. 
 
BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/RAHYANTO%20DN

Islam, sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, menanamkan pesan kuat dalam ibadah kurban: bahwa pengabdian kepada Tuhan tak bisa dilepaskan dari kepedulian terhadap sesama.

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ

"Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah." (QS. Al-Kautsar [108]: 2)

Itulah makna yang terkandung dalam ayat Al-Kautsar, bahwa berkurban adalah bentuk ibadah yang menyatu antara cinta kepada Allah dan kasih kepada manusia.

Mari jadikan Idul Adha sebagai titik balik bagi kita semua, untuk memperkuat semangat kemanusiaan, memperluas rasa solidaritas, dan memperteguh niat untuk terus berbagi.

Karena pada akhirnya, esensi dari berkurban adalah tentang memberi, dan dalam memberi, kita menemukan kemuliaan sebagai manusia.

Selamat Idul Adha, Semoga semangat berkurban menuntun kita menjadi insan yang lebih peduli, lebih ikhlas, dan lebih manusiawi.(*)

Penulis: Rahyanto Dwi N (Penyuluh Agama Islam Kankemenag Purbalingga KUA Bukateja).
Editor: Imam Edi Siswanto 

Idul Adha, Momentum Berbagi Kebahagiaan oleh Fitriana Pusporini

Design Grafis by IES

Idul Adha, Momentum Berbagi Kebahagiaan
Fitriana Pusporini (Penyuluh Agama Islam KUA Kutasari)

Idul Adha adalah hari istimewa yang tidak hanya dirayakan dengan ibadah dan doa, tetapi juga dengan semangat berbagi kebahagiaan kepada sesama.

Hari Raya Kurban mengajarkan kita tentang nilai pengorbanan, ketulusan, dan kepedulian sosial yang mendalam. Saatnya kita membuka hati dan tangan untuk memberikan kebahagiaan kepada mereka yang membutuhkan.

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/KUTASARI

Berbagi daging kurban kepada keluarga kurang mampu, tetangga, dan saudara seiman bukan sekadar tradisi, melainkan wujud nyata kasih sayang dan solidaritas.

Kebahagiaan yang tercipta dari senyum penerima daging kurban adalah hadiah terindah yang membuat makna Iduladha semakin hidup dan bermakna.

Melalui momen ini, kita diajak untuk saling menguatkan, mempererat tali persaudaraan, dan menumbuhkan rasa empati di tengah masyarakat.

Iduladha juga menjadi waktu yang tepat untuk merenungkan kembali makna pengorbanan dalam kehidupan sehari-hari. 

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/Artikel%20Penyuluh

Seperti Nabi Ibrahim as yang rela berkorban demi ketaatan kepada Allah Swt. Kita pun diajak untuk berkorban dalam bentuk apapun, waktu, tenaga, maupun materi untuk kebahagiaan bersama.

Mari jadikan Idul Adha tahun 1446 H ini, sebagai momentum untuk berbagi kebahagiaan tanpa batas, memperkuat solidaritas, dan menebar kebaikan.

Dengan hati yang tulus dan niat yang ikhlas, kebahagiaan yang kita bagi akan kembali kepada kita dalam bentuk berkah dan kedamaian.

Selamat merayakan Idul Adha, saatnya berbagi kebahagiaan untuk diri, keluarga dan lingkungan sekitar.(*)

Kamis, 05 Juni 2025

Idul Adha Mengajarkan Ketaatan, Pengorbanan dan Persaudaraan Global

 

Design grafis by IES

Idul Adha Mengajarkan Ketaatan, Pengorbanan dan Persaudaraan Global
Oleh Imam Edi Siswanto (PAI Kemenag Purbalingga KUA Kalimanah, Ketua Tim Efektif Media Sosial PAI Kankemenag Purbalingga)

Ketaatan, Pengorbanan dan Persaudaraan Global
Hari Raya Idul Adha merupakan salah satu hari besar dalam Islam yang sarat makna dan pelajaran spiritual. Ia bukan sekadar hari raya penyembelihan hewan, melainkan momentum untuk merenungkan kembali nilai-nilai mendasar dalam ajaran Islam.

Ketaatan kepada Allah, keikhlasan dalam beribadah, serta solidaritas terhadap sesama manusia. Idul Adha juga terkait erat dengan ibadah haji yang mencerminkan kesatuan umat Islam di seluruh dunia. 

Kisah Nabi Ibrahim AS yang rela mengorbankan putranya Ismail AS atas perintah Allah SWT menjadi simbol utama dalam perayaan ini.

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/IMAM%20EDI%20SISWANTO
https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/05/meneguhkan-nilai-nilai-pancasila-peran.html
https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/05/dua-tahun-ipari-purbalingga-mewujudkan.html


Dari kisah tersebut, umat Islam diajarkan tentang pentingnya ketaatan mutlak dan keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah, meski sulit atau tidak selalu masuk akal secara duniawi.

Allah SWT berfirman,

قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَاۚ اِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ ۝١٠٥

“Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. As-Saffat: 105), yang menunjukkan betapa tingginya nilai ketaatan di sisi Allah.

Ibadah kurban yang dilakukan umat Islam di seluruh dunia setiap Idul Adha bukan hanya seremonial. Lebih dari itu, kurban merupakan manifestasi nyata dari pengorbanan harta dan kenyamanan pribadi demi mendekatkan diri kepada Allah serta berbagi kepada yang membutuhkan.

Dalam Al-Qur'an dijelaskan,

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ ۝٣٧

“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin.” (QS. Al-Hajj: 37).

Ibadah haji, sebagai rukun Islam kelima, menunjukkan dimensi kesetaraan dan persaudaraan global umat Islam. Di Tanah Suci, jutaan Muslim dari berbagai bangsa, ras, dan status sosial berdiri sejajar, mengenakan pakaian yang sama, dan menghadap Tuhan yang sama.

Rasulullah SAW menegaskan dalam khutbahnya:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَى

“Wahai sekalian umat manusia, ketahuilah sesungguhnya Tuhanmu satu (esa). Nenek moyangmu juga satu. Ketahuilah, tidak ada kelebihan bangsa Arab terhadap bangsa selain Arab (Ajam), dan tidak ada kelebihan bangsa lain (Ajam) terhadap bangsa Arab. Tidak ada kelebihan orang yang berkulit merah (puith) terhadap yang berkulit hitam, tidak ada kelebihan yang berkulit hitam dengan yang berkulit merah (putih), kecuali dengan taqwanya”. (HR. Ahmad, 22978). 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ “

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakanmu dari seorang pria dan wanita, dan menjadikanmu berbagai bangsa dan suku agar saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantaramu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa, sesungguhnya Allah Maha Tahu lagi waspada” (QS. al-Hujarat,49: 13).

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ “

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu" (QS. al-Hujarat,49: 10).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّن نِّسَاءٍ عَسَىٰ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ "

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kelompok mencela kelompok yang lain, karena boleh jadi mereka yang dicela lebih baik dari mereka yang mencela....” (QS. al-Hujarat,49: 11).

Dalam konteks dunia global saat ini yang diwarnai dengan konflik, ketidakadilan, dan kesenjangan sosial, nilai-nilai Idul Adha sangat relevan.


Umat Islam diharapkan tidak hanya merayakan secara ritual, tetapi juga menjadi pelaku perubahan: memperjuangkan keadilan, mempererat persaudaraan antarbangsa, dan memperluas empati terhadap penderitaan umat manusia.

Kurban bukan hanya menyembelih hewan, tetapi juga menyembelih ego dan kepentingan pribadi demi kemaslahatan bersama.

Dengan demikian, Idul Adha harus dimaknai lebih luas sebagai panggilan spiritual dan sosial. Ia mengingatkan kita untuk terus meneladani ketaatan Ibrahim, keikhlasan Ismail, dan semangat persatuan para jamaah haji.

Di tengah dunia yang semakin kompleks dan terpecah, Idul Adha menghadirkan nilai-nilai universal Islam yang mampu menyatukan dan menyejukkan dunia.

Peran Penyuluh Agama Islam dalam Momentum Idul Adha

Penyuluh Agama Islam memiliki peran strategis dalam menghidupkan makna Idul Adha di tengah masyarakat, baik secara spiritual, sosial, maupun edukatif.

Dalam konteks ini, penyuluh tidak hanya bertugas menyampaikan informasi, tetapi juga menjadi penggerak kesadaran umat terhadap nilai-nilai luhur Idul Adha yang melampaui aspek seremonial.

Berikut adalah peran penting Penyuluh Agama Islam dalam perayaan Idul Adha:

1. Menguatkan Pemahaman Makna Ibadah Kurban dan Haji

Penyuluh bertugas menjelaskan hakikat kurban bukan sekadar menyembelih hewan, melainkan manifestasi ketakwaan dan pengorbanan. Demikian pula, haji bukan hanya perjalanan fisik, tapi perjalanan spiritual menuju Allah. Penekanan pada ayat-ayat seperti QS. Al-Hajj: 37 sangat penting agar umat tidak terjebak pada formalitas belaka.

2. Mendorong Kesadaran Sosial dan Empati

Penyuluh membina masyarakat untuk menyadari dimensi sosial dari kurban, yaitu berbagi kepada yang membutuhkan. Mereka mendorong umat agar hewan kurban disalurkan secara tepat sasaran, menyentuh kaum dhuafa dan wilayah yang kekurangan. Ini sejalan dengan semangat keadilan dan solidaritas Islam.

3. Menjadi Teladan dalam Ketaatan dan Pengorbanan

Sebagai figur publik keagamaan, Penyuluh harus menjadi contoh dalam ketaatan kepada Allah dan keikhlasan beramal. Keteladanan ini lebih kuat dampaknya dibanding sekadar ceramah. Penyuluh harus menunjukkan bahwa semangat Idul Adha bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Membina Kerukunan dan Toleransi

Dalam suasana global yang sering dipenuhi ketegangan dan konflik, Penyuluh berperan menjaga kerukunan antarumat beragama dan antarumat Islam sendiri. Nilai kesetaraan yang ditunjukkan dalam haji dapat dijadikan pijakan untuk membangun harmoni sosial.

5. Mengedukasi tentang Tata Cara Kurban dan Haji yang Benar

Banyak masyarakat yang belum memahami fikih kurban dan manasik haji dengan baik. Penyuluh wajib menyampaikan dengan bahasa yang sederhana dan membumi, baik melalui majelis taklim, khutbah, maupun media sosial. Ini penting agar ibadah dilakukan sesuai tuntunan syariat.

Penyuluh agama Islam adalah jembatan antara nilai-nilai ajaran Islam dan realitas sosial umat. Di momen Idul Adha, mereka bukan hanya penyampai pesan, tetapi juga penggerak transformasi spiritual dan sosial yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan umat Islam modern.

Dengan peran aktif mereka, semangat Idul Adha dapat hidup sepanjang tahun, bukan hanya sehari.

Selamat hari raya Idul Adha 1446 H, semoga kita bisa meneladani keikhlasan Nabi Ibrahim as dan keteguhan Nabi Ismail as, serta membawa kita pada kebahagiaan yang hakiki dan iman yang semakin kokoh. (*)

Strategi Dakwah Efektif: Kakanwil Kemenag Jateng Ajak Penyuluh dan Dai Kelola Majelis Taklim untuk Literasi Zakat

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, Saiful Mujab saat menyampaikan pengarahan pada acara  Literasi Zakat bagi Dai...