![]() |
Design Grafis by IES |
Idul Adha: Momentum Meningkatkan Ketakwaan dan Kepedulian Sosial
Penulis: Much Yulianto Sidik (PAI Kankemenag Purbalingga-KUA Mrebet 1)
Editor/Publisher: Imam Edi Siswanto
Baru saja kita telah melaksanakan Hari Raya Idul Adha, Hari Raya ini sangat spesial bagi umat Islam. Mengapa demikian? Karena pada hari inilah dua ibadah besar dilaksanakan, yaitu ibadah haji dan ibadah qurban.
BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/06/idul-adha-mengajarkan-ketaatan.html
Ibadah haji dilaksanakan di tanah suci Makkah, dan menjadi rukun Islam yang kelima. Ibadah ini disyariatkan oleh Nabi Muhammad SAW setelah sebelumnya Nabi Ibrahim AS mendapat perintah dari Allah SWT untuk membangun Ka'bah bersama putranya, Nabi Ismail AS.
Nabi Muhammad SAW melakukan haji secara resmi hanya satu kali selama hidupnya, yaitu pada tahun ke-10 Hijriah, yang dikenal sebagai Haji Wada' atau Haji Perpisahan. Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa beliau bersabda kepada umatnya dalam khutbah haji tersebut.
BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/M%20YULIANTO%20SIDIQ
"Ambillah dariku manasik kalian, karena aku mungkin tidak akan berhaji lagi setelah tahun ini." ( HR. Muslim)
Sedangkan ibadah qurban memiliki sejarah yang sangat mulia. Berawal dari perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS.
Karena ketaatan dan keikhlasan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, Allah SWT mengganti perintah tersebut dengan seekor domba. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’an.
"Kami memanggil dia, “Wahai Ibrahimsungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan, Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata, Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar." (QS. As-Shaffat: 104–107).
Ibadah qurban bukan hanya sekadar menyembelih hewan. Di balik itu, terkandung makna yang dalam. Qurban merupakan simbol ketaatan, pengorbanan, dan usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Selain itu, ibadah qurban mengajarkan kita untuk mengikis sifat-sifat hewani dalam diri manusia, seperti, suka bermusuhan, mudah marah dan menyerang, egois dan tamak, suka memaki dan menyakiti orang lain.
Dengan berqurban, kita diajarkan untuk memiliki jiwa sosial, peduli terhadap sesama, dan menumbuhkan empati terhadap orang-orang yang kurang mampu. Allah SWT berfirman:
"Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin.“ (QS. Al-Hajj: 37).
Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama dari qurban adalah mewujudkan ketakwaan, bukan sekadar ritual fisik.
Semoga momentum hari raya ini tidak hanya menjadi ajang ritual tahunan, tetapi juga menjadi sarana untuk meningkatkan ketakwaan, keikhlasan, serta kepedulian sosial kita sebagai umat Islam.
Marilah kita terus meneladani keimanan dan pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, serta menjadikan nilai-nilai qurban sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang ikhlas dan bertakwa. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin. (*)
Aamiiin Yaa Mujibassaailiiin
BalasHapusIesss
BalasHapusSambil ngopi, narasi ditingkatkan dengan problematika dan solusi
BalasHapusTerimakasih atas kritik dan sarannya
BalasHapus