Selasa, 25 Maret 2025

Lailatul Qadr, Bonus Ramadhan Orang Beriman oleh Yuyu Yuniawati PAIF Kemenag Purbalingga

 

PAIF Kementerian Agama Purbalingga Yuyu Yuniawati, SAg, saat berceramah pengajian Ramadhan Majlis Taklim An-Nisa Desa Klapasawit, Kalimanah di Masjid Al-Falah, Ahad (23/3/2025) (Foto: Istimewa)

Ramadhan adalah bulan yang sangat istimewa, ibarat tamu agung kehadirannya sangat dinanti kaum muslimin. Ibadah di dalamnya dapat diibaratkan sebuah kompetisi lari marathon, dimana hanya pelari yang sampai pada garis finish lah yang dinyatakan sebagai pemenangnya.

Dan para pemenang inilah yang akan mendapatkan medali taqwa dari Allah SWT. Nabi Muhammad SAW memuji konsistensi amal ibadah yang dilakukan umatnya melalui sabdanya, “Sesungguhnya amalan yang dicintai Allah adalah yang dikerjakan secara konsisten meskipun sedikit.” (HR. Bukhari).

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/03/penyuluh-agama-islam-kemenag.html

Sebagai motivasi untuk dapat menjaga konsistensi dalam beribadah, Allah hadirkan salah satu keistimewaan luar biasa yang ada di bulan Ramadhan, yakni hadirnya satu malam yang teramat agung dan istimewa, malam yang penuh kemuliaan melebihi malam-malam lainnya yakni Lailatul Qodar (Q.S. Al-Qodar/97 : 1).

Diantara kemuliaan tersebut sampai Allah mensifatinya dengan malam yang penuh keberkahan (Q.S. Ad-Dukhon/44 : 3).

Kebaikan yang Allah sediakan di malam ini sangatlah luar biasa, dimana ibadah yang dikerjakan di malam ini akan mendapatkan nilai kebaikan seribu bulan (Q.S. Al-Qodar/97 : 3) atau setara dengan ibadah yang dilakukan selama 83,4 tahun.

Jika kita bertemu dengan Lailatul Qodar ini sepuluh kali saja, berarti kita mendapatkan kebaikan 834 tahun.

Jemaah ibu-Ibu di pengajian Ramadhan Majlis Taklim An-Nisa Desa Klapasawit, Kalimanah di Masjid Al-Falah, Ahad (23/3/2025) (Foto: Istimewa)
Dibalik Kerahasiaan Lailatul Qodar
Hanya saja kehadiran Lailatul Qadar ini dirahasiakan oleh Allah, yang ada hanyalah beberapa penjelasan dari para ulama bedasarkan hadits Rasulullah SAW mengenai tanda-tanda kehadirannya yang berbeda dari malam-malam biasanya. Seperti disebutkan dalam hadits dari Ibnu Abbas r.a. bahwa .

“Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas, tidak begitu dingin, dan keesokan harinya matahari bersinar lemah nampak kemerah-merahan” (HR. Ibnu Khuzaimah, 3/231).

Bahkan tanda-tanda hadirnya Lailatul Qodar ini telah dibuktikan secara ilmiah. Kemajuan teknologi yang terus berkembang pada akhirnya dapat mengungkap bukti dan kebenaran Lailatul Qodar secara fakta dan ilmiah.

Dr Abdul Basit Muhammad seorang ilmuwan al-Qur’an dari Mesir mengabarkan bahwa sekitar tahun 2012, situs-situs berita di internet sempat heboh mengenai adanya kebocoran rahasia yang disimpan oleh Badan Antariksa Amerika (NASA).

Seorang ilmuwan NASA, Carner membeberkan pada Koran “Delegation” Mesir bahwa setiap harinya diketahui ada 10 ribu bintang bersinar dan 20 ribu meteor yang menghantam bumi.

Namun hal itu tidak terjadi di satu malam di bulan Ramadhan, tidak dijumpai adanya bintang bersinar dan tidak dijumpai adanya meteor yang menghantam bumi, sehingga malam itu menjadi malam yang terasa begitu tenang.

Begitupun mengenai waktu hadirnya Lailatul Qodar menjadi rahasia Allah. Rasulullah SAW hanya memberikan isyarat melalui beberapa hadits diantaranya yang diriwayatkan dari Ibunda Siti ‘Aisyah r.a bahwa.

“Carilah lailatul qadar di malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan” (HR. Bukhari 4/225 dan Muslim 1169).

Kerahasiaan hadirnya Lailatul Qodar di malam-malam ganjil di sepuluh akhir bulan Ramadhan ini semestinya mampu menumbuhkan ghiroh (semangat) dan jihad (kesungguhan) kita untuk ‘berburu’ Lailatul Qodar.

Berburu Lailatul Qodar di Sepertiga Akhir Ramadhan
Di sepertiga akhir Ramadhan ini, sejatinya kaum muslimin lebih mementingkan ‘berburu’ Lailatul Qodar, dibandingkan ‘berburu’ berbagai kebutuhan ‘idul fitri dan hiruk pikuk memikirkan bonus berupa THR (Tunjangan Hari Raya).

Memang tidaklah keliru jika kita mengharapkan THR karena memang kita membutuhkannya. Namun jangan sampai kita melupakan “Bonus THR” yang sesungguhnya telah Allah persiapkan secara khusus di bulan Ramadhan yang mulia ini yaitu “Bonus Ramadhan” berupa Lailatul Qadar, karena ini jauh lebih berharga.

Dan Allah akan memberikan bonus ini secara khusus hanya bagi hamba-Nya yang memiliki komitmen dan loyalitas dalam menjalankan berbagai amaliyah Ramadhan dari awal sampai akhir Ramadhan dengan penuh keimanan, pengharapan dan keikhlasan bersimpuh, bersujud, bermunajat dan memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan.

Berbahagialah kita yang selain memperoleh bonus THR dari tempat kita bekerja, juga mampu meraih “Bonus THR” (Lailatul-Qodar) dari Allah yang akan menjadi aset tabungan amal kita selama seribu bulan.

Upaya Meraih Bonus Ramadhan Lailatul Qodar
Lalu apa yang dapat kita lakukan agar kita dapat meraih “Bonus” dari Allah berupa Lailatul Qodar..? Dalam hal ini, Rasulullah SAW telah memberikan teladan ketika memasuki sepuluh malam terakhir Ramadhan sebagaimana hadits yang diriwayatkan ibunda Siti ‘Aisyah r.a. bahwa.

“Rasulullah SAW apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencanngkan kainnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya” (HR.Bukhari 4/233).

Ketiga hal yang dilakukan oleh Rasulullah SAW di sepertiga akhir Ramadhan itu merupakan bentuk kesungguhan beliau dalam beribadah, sebagaimana dikuatkan dalam hadits lain bahwa.

“Rasulullah SAW lebih bersungguh-sungguh (beribadah) pada sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan) melebihi kesungguhan beliau di waktu lainnya” (HR. Muslim 1174).

Kesungguhan beliau dibuktikan dengan melakukan i’tikaf di masjid, shalat malam, tadarrus Al-Qur’an, memperbanyak do’a, dzikir dan istighfar serta bermuhasabah (introspeksi diri) sebagai sarana untuk memperbaiki diri.

Ketika kecil kemungkinan kita untuk dapat beri’tikaf karena satu dan lain hal, maka hendaknya kita dapat mengatur waktu sebaik-baiknya. Kalaupun kita harus berbelanja untuk memenuhi berbagai kebutuhan ‘idul fitri, hendaknya dilakukan pada pagi hingga siang hari.

Begitu pun kaum ibu dan remaja putri dapat memamfaatkan waktu di pagi sampai siang hari untuk membuat aneka kue hidangan persiapan ‘Idul Fitri, sehingga waktu sore hari dapat beristirahat agar pada malam hari tidak kelelahan, sehingga dapat bersungguh-sungguh beribadah dengan tenang dan khusyuk serta mempunyai kesempatan untuk ‘berburu’ Lailatul Qodar.

Namun sudah menjadi rahasia umum bahwa justru di penghujung bulan suci Ramadhan ini terjadi degradasi (penurunan) kuantitas maupun kualitas ibadah.

Fenomena ini dapat dilihat dari menurunnya jumlah jama’ah sholat fardhu dan tarowih disebagian masjid-masjid. Masjid semakin sepi pengunjung, begitu pun aktifitas tadarus al-Qur’an dan taklim pun menjadi semakin sepi peminat.

Sementara pusat-pusat perbelanjaan semakin penuh sesak dipadati kaum muslimin yang sudah mulai tersibukkan dengan berbagai persiapan ‘idul fitri.

Ada sebuah syair yang layak kita renungi terkait hal ini yakni "LAISAL ‘ID LIMAN LABISAL JADID, WA LAKINNAL 'ID LIMAN THA'ATHUHU TAZID" yang artinya : “Hari raya ‘Id itu bukan bagi orang yang
berpakaian baru, tetapi hari raya ‘Id itu untuk orang yang ketaatannya bertambah”.(*) 

Oleh : Yuyu Yuniawati, S.Ag. Penyuluh Agama Fungsional Kementerian Agama Purbalingga.
(Disampaikan pada pengajian Ramadhan Majlis Taklim An-Nisa Desa Klapasawit Kecamatan Kalimanah di Masjid Al-Falah, Ahad (23 Ramadhan 1446/23 Maret 2025, jam 09.00 WIB) yang dihadiri jemaah ibu-ibu sedikitnya 50 orang).
 

Editor: Imam Edi Siswanto

1 komentar:

  1. Ingin bertanya bu ustadzd tanda2nya orang dapat lailatul qodar itu apa y

    BalasHapus

Strategi Dakwah Efektif: Kakanwil Kemenag Jateng Ajak Penyuluh dan Dai Kelola Majelis Taklim untuk Literasi Zakat

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, Saiful Mujab saat menyampaikan pengarahan pada acara  Literasi Zakat bagi Dai...