![]() |
Ilustrasi by IES |
Cerpen: Kopi Siang Dua Editor
Penulis: Imam Edi Siswanto
Di sebuah ruang kecil beraroma kopi panas, jam dinding menunjuk pukul 12.00 WIB. Sinar matahari menyelinap dari jendela kaca yang terbuka setengah, menyinari meja yang dipenuhi kertas coretan, laptop, dan dua piring berisi nasi rames.
Dua orang tampak asyik mengobrol santai sambil menyantap makan siang mereka. Mereka adalah Imam Edi Siswanto dan Sayono, editor artikel dan berita peristiwa di komunitas D'Japri IPARI Purbalingga.BACA:
1. https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/10/2-cerpen-kopi-sore-karena-yang-kita.html
2. https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/10/3-cerpen-kopi-pagi-workshop-mini-dan.html
3. https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/10/4-habis-cerpen-kopi-senja-menulis-untuk.html
“Mas Imam, saya tadi baca lagi beberapa artikel dari kontributor kita,” buka Sayono sambil meniup secangkir kopi hitam. “Saya akui secara semangat teman-teman Kontributor bagus, namun masih banyak yang belum paham soal piramida terbalik. Artinya, informasi penting belum ditempatkan pada paragraph pertama atau utama,” ucapnya.
Imam tersenyum, mengangguk kecil. “Iya, saya juga perhatikan itu. Teman-teman mungkin masih terbawa gaya menulis opini atau esai. Padahal, dalam berita peristiwa, kita butuh struktur yang jelas, seperti apa, siapa, kapan, di mana, kenapa, dan bagaimana harus langsung muncul di paragraf pertama atau kedua.”
Sayono mencondongkan tubuh, meletakkan sendok, dan membuka KBBI online (kbbi.web.id) “Dan ini juga,” katanya sambil menunjuk halaman. “Banyak kata tidak baku yang muncul, seperti 'menginfokan', 'mensikapi', padahal di KBBI itu tidak ada. Harusnya, 'memberi informasi', 'menyikapi'. Ini penting kalau kita mau konten kita dipercaya dan jadi rujukan.”
BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/SAYONO
Imam mengangguk sambil menyeruput teh panas dengan sedikit manis kesukaanya. “Betul. ini berbagi pengalaman saja ya, bahwa saat menulis judul itu harus jelas, padat, dan menggambarkan inti berita. Jangan terlalu panjang dan jauh dari isi narasinya. Misalnya, kalau ada kegiatan pelatihan, jangan ditulis ‘Pelatihan Membongkar Rahasia Sukses!’ Cukup: ‘IPARI Gelar Pelatihan Peningkatan Kompetensi Penulisan Berita’.”
Sayono tertawa kecil. “Kadang sulit membuat judul, tapi kadang juga keasyikan bikin judul seperti YouTuber.”
Keduanya tertawa bersama. Suasana santai tetap terjaga meski obrolan mereka teknis dan serius. Di sela makan siang, mereka membuka beberapa artikel di handphone. Imam menunjukkan beberapa flyer digital dan artikel berita peristiwa yang telah diunggah di sosial media.
“Ini contohnya. Secara visual sudah bagus, tapi captionnya kurang lengkap dan kurang informatif. Coba mas, baca ini,” ujar Imam.
Sayono membaca pelan, lalu mengangguk. “Nah, ini bisa diperbaiki. Tambahkan konteks waktu dan tempat. Dan pastikan data yang ditulis ada sumbernya, walaupun itu dari internal. Jangan sampai tidak dituliskan.”
“Setuju,” kata Imam. “Sepertinya kita juga perlu bikin panduan mini buat kontributor D'Japri. Nggak perlu panjang, cukup berisi pedoman gaya penulisan, struktur berita, kaidah KBBI, dan standar judul. Biar kualitas konten blog, flyer, dan video kita naik level.”
“Wah, ide bagus tuh. Kita bisa susun itu bareng pada pertemuan Tim D’Japri. Kita bagi tugas, saya buat bagian ejaan dan struktur, mas Imam bagian data dan gaya penulisan media,” ujar Sayono bersemangat.
BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/IMAM%20EDI%20SISWANTO
Waktu terus berjalan. Jam hampir menunjukkan pukul 13.00 WIB. Makanan sudah habis, kopi tinggal ampas. Tapi diskusi dua editor itu justru baru saja dimulai.
“Mas Sayono, saya percaya, kita tidak hanya menyunting kata, tapi juga membangun cara berpikir. Lewat tulisan yang baik, kita bisa mengajak banyak orang melihat dunia dengan lebih jernih,” ucap Imam sambil merapikan baju.
Sayono tersenyum lebar. “Dan itu dimulai dari makan siang dan secangkir kopi, ya, Mas?, dan itu sejalan banget dengan misi D’Japri, membawa inspirasi, menyebar berita positif, dan mencerahkan pembaca. Jadi bukan cuma soal teknis, tapi juga tanggung jawab moral.”
Keduanya tertawa, bangkit dari kursi, dan kembali ke tempat kerja masing-masing, membawa semangat baru untuk menjadikan D’Japri bukan sekadar komunitas, tapi rumah perpustakaan digital bagi tulisan-tulisan yang berbobot dan berdampak.(*)
Bukan sekedar opini, tapi bukti. Semangat D'japri
BalasHapusTetap semangat dan produktif 💪👍👍
BalasHapusKerennnn, 2 editor berkelas
BalasHapusDi tunggu artikelnya Pk Kyai....
HapusIso ae sampean mas Imam. Pinter bgt meracik dan membumbui.
BalasHapusiku asli..ndan...hehehe...
Hapus❤️❤️💪
BalasHapusSaya suka bagian ini, interaksi dalam imajinasi..🤩
BalasHapushehehe.......ayo ditunggu tulisanya..
HapusTk baca dari atas sampai pol, serasa baca komik "Kopinghoo". Asyik kebawa di ruangan kopi teh..😄👍👍 Editor beneran.😁 Mksh ilmunya.
BalasHapusTenan tah....ayo ditunggu tulisannya.....
BalasHapus