![]() |
Ilustrasi by IES |
#3 Cerpen Kopi Pagi: Workshop Mini dan Cerita dari Para Kontributor
Penulis: Imam Edi Siswanto
Hari Sabtu pagi, aula kantor D’Japri sudah mulai ramai. Kursi-kursi berjajar rapi, dan di depan, layar proyektor siap menampilkan slide panduan menulis yang beberapa hari lalu disusun Imam dan Sayono. Para kontributor muda hadir dengan semangat berbeda-beda, ada yang antusias, ada juga yang masih ragu.
Imam membuka acara dengan senyum hangat. “Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh, Selamat pagi, teman-teman! Hari ini kita akan berbagi tips dan trik menulis berita sesuai kaidah jurnalistik untuk website dan blog komunitas kita. Jangan khawatir, ini bukan ujian, tapi ajang belajar bersama.”
BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/10/cerpen-kopi-siang-dua-editor.html
Sayono melanjutkan dengan menjelaskan satu per satu poin penting panduan mini yang telah mereka buat. Slide pertama memperlihatkan judul-judul sederhana namun efektif, contoh judul yang langsung menangkap esensi berita. Para peserta mencatat dengan serius, sesekali mengangguk.
Setelah pemaparan materi, Imam mengajak peserta untuk latihan menulis paragraf pembuka dengan metode piramida terbalik.
“Saya akan berikan sebuah kasus sederhana,” kata Imam. “Bayangkan ada acara pelatihan menulis di desa kalian. Tulislah paragraf pembuka yang mengandung informasi penting, seperti siapa, apa, kapan, dan di mana.”
BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/10/2-cerpen-kopi-sore-karena-yang-kita.html
Seorang kontributor muda bernama Hendra mengangkat tangan. “Begini, Mas: ‘Pada Minggu, 19 Oktober 2025, Komunitas D’Japri menggelar pelatihan penulisan berita di Aula Gedung IPARI Purbalingga, yang diikuti oleh 30 peserta.”
Imam tersenyum puas. “Bagus, Hendra! Kamu sudah meletakkan informasi utama di depan. Ini sangat penting supaya pembaca langsung tahu inti berita.”
Giliran Rafi, kontributor pemula lain, menulis paragraf yang terlalu panjang dan berbelit-belit. Sayono dengan sabar memberikan masukan, “Rafi, coba fokus ke fakta utama dulu, baru sisipkan detail lainnya di paragraf selanjutnya. Jangan lupa gunakan kalimat aktif dan bahasa yang mudah dipahami.”
Sesi tanya jawab berlangsung hangat. Beberapa peserta mengeluhkan sulitnya menghilangkan kebiasaan menulis seperti cerita narasi panjang atau opini yang tidak terstruktur. Imam dan Sayono saling melengkapi penjelasan dengan contoh sederhana yang bisa langsung dipraktikkan.
“Selain itu, ingat selalu untuk mengecek ejaan dan kata baku,” kata Sayono sambil menunjukkan daftar kata umum yang sering keliru, seperti ‘menginfokan’ menjadi ‘memberi informasi’ dan ‘mensikapi’ menjadi ‘menyikapi’ sesuai KBBI.
Workshop berlanjut dengan latihan membuat judul dan caption media sosial. Di sesi ini, banyak yang tertawa saat Imam memperagakan judul berlebihan ala “YouTuber,” kemudian membandingkannya dengan judul berita yang efektif.
Di sela-sela istirahat, beberapa peserta berbagi cerita tentang kesulitan dan pengalaman mereka menulis. Hendra bercerita tentang bagaimana awalnya ia merasa canggung menulis berita karena terbiasa dengan gaya cerita bebas di media sosial.
“Saya kira menulis berita itu harus kaku dan formal, ternyata tidak. Cukup jelas dan benar,” ujarnya.
Rafi menambahkan, “Kalau dulu saya malas baca ulang tulisan saya, sekarang jadi rajin. Karena kalau tidak, bisa salah informasi.”
Sayono tersenyum. “Itulah salah satu hasil dari workshop kita. Menulis itu proses, dan kita semua belajar bersama.”
Di akhir sesi, Imam dan Sayono membagikan panduan mini dalam bentuk PDF dan template ceklis untuk para kontributor. Mereka juga mengumumkan rencana pertemuan rutin untuk berbagi pengalaman menulis dan saling memberi masukan.
“Semoga dengan ini, D’Japri semakin solid dalam menyebarkan berita yang akurat, bermanfaat, dan beretika,” tutup Imam.
Kegiatan selesai, tapi semangat belajar dan berbagi tak berakhir. Di ruang kecil beraroma teh dan kopi, mimpi komunitas D’Japri membangun rumah digital yang penuh tulisan bermutu semakin nyata.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar