Senin, 20 Oktober 2025

HSN 2025: Menjadi Santri Sejati, Lima Syarat Thalibul Ilmi Menurut Ibnu Malik

Pegawai KUA Karangreja saat foto bersama sambut Hari Santri Nasional di halaman KUA Karangreja, Senin (20/10/2025). (Foto: Ngamali).

Dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional (HSN), Penyuluh Agama Islam (PAI) Kantor Urusan Agama (KUA) Karangrea, Ngamali, menyampaikn dalam Nadzom Alfiyah Ibnu malik.

 بالجر وتنوين والندا وال ومسند للاسم تمييز حصل

 “Bil jarri watanwini wa nida wa al - wa musnadin lil ismi tamyizun hashal

Bait dari karya Ibn Malik di atas menjelaskan tanda-tanda sebuah kata (isim) yang membedakannya dari kata kerja (fi'il) dan huruf.

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/KARANGREJA 

Hadis Thalabul ilmi faridhatun ‘ala kulli muslimin wa muslimatin”, ini rasanya tidak asing lagi di telinga orang pesantren sebagai penuntut ilmu (thalibul ‘ilmi).

Sejak dulu Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah dasar para  ustaz/ustazah sudah mengenalkan hadis berikut. Untuk saat sekarang, mungkin sejak masa kanak-kanak sudah dikenalkan. 

Namun, bagaimana cara kita untuk bisa mencapai derajat yang tinggi dalam mencari ilmu? Dalam hal ini, Ibnu Malik Al-Andalusi dalam kitab Alfiyah-nya mesdiskripsikan cara itu.

Ada lima syarat yang bisa mengantarkan seseorang (thalibul ‘ilmi) pada derajat yang tinggi. Lima point tersebut yang nantinya akan membedakan antara thalibul ‘ilmi yang taat dan tidak. 

Seorang thalibul ‘ilmi harus memiliki dan bersifat.

1. jar. Dalam artian tunduk dan tawadduk terhadap semua perintah (baik dari Allah SWT, maupun pemerintah ataupun kyai/ustaz ). 

2. tanwin. Artinya kemampuan (baca: niat) yang tinggi mencari ridha Allah SWT. Dengan adanya kemauan yang tinggi seorang thalibul ‘ilmi akan mencapai apa yang ia inginkan. Sesuai dengan apa yang di sabdakan nabi Muhammad saw. yang datangnya dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh, Umar bin Khattab r.a. bahwa nabi Muhammad saw. pernah bersabda yang bunyinya, “innamal a’malu binniyati,

3. nida’. Artinya dzikir. Setelah adanya niat yang baik untuk mencapai tempat yang layak di sisi Allah swt., seorang thalibul ‘ilmi diharapkan berdzikir mengingat-Nya. Dengan ini, niat awal tidak akan menjadi ‘ashi (bis safar/fis safar). 

4. al, yang berarti berfikir. Karena berfikir manusia mempunyai derajat yang lebih tinggi dari makhluk Allah lainnya. Maka dari itu, setidaknya seseorang yang ingin menggapai sesuatu seyogyanya menggunakan akal pikirannya sebaik mungkin. 

 5. musnad ilaih. Beramal nyata (ikhlas). Cara yang kelima ini merupakan puncak dari semuanya. 

Dengan ikhlas insyaallah semuanya akan mudah. Sekedar gambaran, dalam beramal harus didasari ikhlas. 

Menurut hemat kami, cara yang kelima ini merupakan puncak dari semuanya. Dengan ikhlas semuanya akan dimudahkan, bahkan hal yang selama ini sulit untuk didapatkan itu bisa terealisasikan. Dan rahasianya adalah dengan melapangkan hati untuk senantiasa ikhlas dalam segala amal.


Semoga kita semua bisa menjalankan apa yang telah dijelaskan oleh imam Malik, dan dimudahkan dalam mencari ilmu yang pada akhirnya kita mendapat derajat yang luhur. Amiin. 

Kontributor: Ngamali (PAI KUA Karangreja)
Editor: Imam Edi Siswanto


JUMPA: Wujud Nyata Kehadiran KUA Karanganyar di Tengah Masyarakat

Penyuluh Agama Islam KUA Karanganyar , Muchotib, saat menyampaikan Khutbah Jumat di Masjid Baiturrahman Desa Brakas, Jumat (17/10/2025). (Foto: Tarom).


Purbalingga–Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Karanganyar kembali menyelenggarakan kegiatan JUMPA, (Jumatan dan Pembinaan Agama). Kegiatan JUMPA bulan Oktober ini dilaksanakan di Masjid Baiturrahman Desa Brakas, pada hari Jumat (17/10/2025) lalu.

JUMPA adalah kegiatan rutin yang diadakan setiap Jumat ketiga di setiap bulannya. Program ini dirancang sebagai upaya KUA Karanganyar untuk lebih dekat dengan masyarakat melalui momen keagamaan yang bermakna.

Dalam kegiatan ini, ASN KUA tidak hanya hadir untuk melaksanakan salat Jumat, tetapi juga memberikan pembinaan dan penyuluhan agama kepada jamaah.

Kepala KUA Karanganyar, Amin Nasirudin, dalam sambutan sebelum salat Jumat menegaskan bahwa KUA tidak hanya menangani urusan pernikahan semata.

“KUA tidak hanya tentang nikah. KUA adalah rumah moderasi beragama, siap melayani dan memberikan solusi berbagai masalah keagamaan masyarakat,” ujarnya. 

Kepala KUA Karanganyar, Amin Nasirudin, memberikan bantuan mushaf Al Qur'an kepada Takmir Masjid Baiturrahman Desa Brakas, Jumat (17/10/2025). (Foto: Tarom).


Amin menambahkan bahwa program JUMPA menjadi sarana efektif untuk memperkuat hubungan silaturahmi antara KUA dengan masyarakat. Melalui kegiatan JUMPA, KUA ingin hadir bukan hanya di kantor, tetapi juga di tengah-tengah umat, membawa semangat pelayanan dengan slogan SEHATI (Santun, Efektif dan Efisien, Humanis, Amanah, Tertib, dan Ikhlas).

JUMPA kali ini menghadirkan Muchotib, penyuluh agama Islam dari KUA Karanganyar, yang bertugas menyampaikan khutbah Jumat dengan tema peringatan Hari Santri Nasional.

Dalam khutbah Muchotib mengajak jamaah untuk meneladani semangat perjuangan para santri dalam menjaga keutuhan bangsa dan memperkuat nilai-nilai keislaman yang moderat.

Sebagai bentuk kepedulian terhadap penguatan keagamaan masyarakat, KUA Karanganyar juga memberikan bantuan Mushaf Al-Qur’an kepada Takmir Masjid Baiturrahman, Bapak Muhajir. Bantuan ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan dan pembelajaran Al-Qur’an di lingkungan masjid.(*)

Kontibutor : Artanti Laili Zulaiha (Penyuluh Agama Islam KUA Karanganyar)
Editor: Imam edi siswanto

Catatan Redaksi D'Japri: Peran Strategis Penyuluh Agama Islam dalam Mendukung Agenda Nasional dan Kebijakan Kemenag RI (Oktober–November 2025)

Peran Strategis Penyuluh Agama Islam dalam Mendukung Agenda Nasional dan Kebijakan Kemenag RI (Oktober–November 2025)
Oleh: (Imam Edi Siswanto)
· Ketua Tim Efektif Media Sosial PAI Kemenag Purbalingga
· Penyuluh Agama Islam Kemenag Purbalingga KUA Kalimanah


PURBALINGGA-Dalam rentang bulan Oktober hingga November 2025, redaksi Divisi Jaringan Penyuluh Agama Report Informasi (D’Japri) mencatat sejumlah agenda nasional dan kebijakan Kementerian Agama RI menjadi momentum strategis untuk memperkuat peran penyuluh di tengah masyarakat.

Artikel ini akan mengulas peran penyuluh selama dua bulan terakhir, yang dikaitkan dengan beberapa peristiwa penting seperti Hari Santri Nasional (22 Oktober), Hari Sumpah Pemuda (28 Oktober).

Dan Persiapan Hari Amal Bakti Kemenag ke-80 (3 Januari 2026), serta implementasi program prioritas Kemenag RI 2025, termasuk moderasi beragama, penguatan literasi keagamaan digital, dan pendampingan keluarga sakinah.

Semua kegiatan ini turut menopang implementasi program prioritas Kementerian Agama (Asta Protas 2025) yang meliputi. 1) Meningkatkan Kerukunan dan Cinta Kemanusiaan; (2) Penguatan Ekoteologi; (3) Layanan Keagamaan Berdampak; (4) Mewujudkan Pendidikan Unggul, Ramah, dan Terintegrasi; (5) Pemberdayaan Pesantren; (6) Pemberdayaan Ekonomi Umat; (7) Sukses Haji; dan (8) Digitalisasi Tata Kelola. 

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/IMAM%20EDI%20SISWANTO

Surat Edaran (SE) Kepdirjen Bimas Islam No. 637 Tahun 2024 menetapkan ruang lingkup kegiatan jabatan fungsional Penyuluh Agama Islam (PAI) sebagai dasar pelaksanaan tugas yang terukur dan profesional.

Ruang lingkupnya meliputi, penyusunan rencana kerja, identifikasi kelompok sasaran, pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan keagamaan serta pembangunan, evaluasi program, pengembangan metode dan model penyuluhan, serta pengabdian kepada masyarakat dan pengembangan kompetensi diri.

Kegiatan ini disesuaikan dengan jenjang jabatan (Ahli Pertama, Muda, Madya, dan Utama), serta diarahkan untuk menjalankan fungsi utama penyuluh, yaitu informatif, edukatif, konsultatif, dan advokatif, demi memperkuat peran penyuluh sebagai agen perubahan sosial keagamaan yang berdampak di tengah masyarakat. 

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/Artikel%20Penyuluh

Keempat fungsi penyuluh agama Islam, yaitu informatif, edukatif, advokatif, dan konsultatif, merujuk pada tugas pokok yang diamanatkan dalam berbagai kebijakan dan literatur Kementerian Agama.

Fungsi informatif adalah menyampaikan informasi keagamaan, sedangkan edukatif adalah mendidik umat agar berpegang pada ajaran agama yang benar. Fungsi advokatif adalah membela umat dari ancaman, dan konsultatif adalah menjadi tempat konsultasi untuk memecahkan persoalan masyarakat.

Penyuluh Agama Islam (PAI) memiliki posisi penting sebagai ujung tombak Kementerian Agama RI dalam membina dan mengedukasi masyarakat, khususnya dalam aspek keagamaan, kebangsaan, dan sosial kemasyarakatan.

Pertama, Penyuluh Agama Islam dalam Semangat Hari Santri Nasional 2025. Tema Hari Santri Nasional 2025 yang diangkat oleh Kementerian Agama adalah “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia”.  

Penyuluh Agama Islam di berbagai daerah bisa berperan aktif dalam menyelenggarakan, pengajian tematik tentang peran santri dalam sejarah bangsa, sosialisasi nilai-nilai keislaman yang toleran dan damai, kampanye digital bertema santri sebagai pelopor moderasi beragama dan lain-lain.

Kedua, momentum Hari Sumpah Pemuda. Mendorong Penyuluh Agama Islam sebagai agen literasi keagamaan digital. Memasuki 28 Oktober 2025, Hari Sumpah Pemuda menjadi ajang refleksi peran generasi muda, termasuk para penyuluh muda, dalam mengisi ruang digital dengan konten keagamaan yang damai dan mencerahkan.

Seperti, mengembangkan konten dakwah digital melalui media sosial, podcast, atau video pendek. Mendidik masyarakat agar melek literasi keagamaan dan kritis terhadap konten hoaks atau ujaran kebencian bermuatan agama. Menjadi role model dalam mengampanyekan Islam yang rahmatan lil 'alamin di dunia maya. 

Kementerian Agama melalui program Transformasi Digital Layanan Keagamaan juga mendorong penyuluh untuk aktif mengikuti pelatihan konten digital selama tahun 2025.

Ketiga, Moderasi Beragama, misi utama Penyuluh Agama Islam dalam mencegah polarisasi sosial. Kemenag RI di bawah kepemimpinan tahun 2025 terus memperkuat program Moderasi Beragama sebagai salah satu program prioritas nasional.

Penyuluh Agama Islam berperan sebagai agen perubahan di akar rumput dengan pendekatan dialog lintas iman di lingkungan komunitas. Edukasi tentang Islam wasathiyah melalui khutbah, majelis taklim, dan penyuluhan rutin dan pendampingan terhadap kelompok rentan terhadap radikalisme, seperti remaja dan pelajar.

Keempat, Pendampingan Keluarga Sakinah dan Konseling Umat. Sesuai dengan arahan Direktorat Bimas Islam Kemenag RI, penyuluh juga menjalankan fungsi sosial-kultural melalui program Pendampingan Keluarga Sakinah, di antaranya, konseling pranikah dan pasca nikah. Mediasi keluarga bermasalah. Edukasi hak dan kewajiban suami istri sesuai syariat dan Undang-Undang.

Selama Oktober–November 2025, Penyuluh di beberapa daerah juga terlibat dalam kampanye pencegahan pernikahan dini, yang dikolaborasikan dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A). 

Kelima, Persiapan Hari Amal Bakti (HAB) Kemenag RI ke-80. Meskipun jatuh pada 3 Januari 2026, persiapan HAB Kemenag biasanya dimulai sejak November. 

Penyuluh Agama Islam turut mengambil bagian dalam pelayanan sosial keagamaan seperti bakti sosial, donor darah, dan edukasi zakat. Pembinaan rohani ASN di lingkungan Kemenag. Penguatan sinergi lintas agama dalam merawat kerukunan.

Sementara itu, Program strategis yang dilaksanakan oleh Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Purbalingga pada tahun 2025, meliputi.
1. Program Urab Mendoan (Ustadz/Umat Rajin Bertani Mendukung dan Menopang Kehidupan).
2. Program Ekoteologi dan Eco Office
3. Program ZI (Zona Integritas)
4. Digitalisasi Tata Kelola.

Dan Program lainya.
1. GAS Nikah (Gerakan Sadar Pencatatan Nikah)
2. Program CTC (Collaboration and Tolerance Center)
3. Literasi Keuangan Keluarga
4. Kemenag Asri, dan lain-lain

Penyuluh Agama Islam tidak sekadar menjadi penyampai pesan agama, tetapi juga sebagai agen integrasi sosial dan kebangsaan. Selama Oktober–November 2025, berbagai agenda nasional dan kebijakan Kemenag RI telah menjadi ladang amal dan dedikasi bagi para penyuluh untuk terus hadir, menguatkan umat, dan merawat persatuan dalam bingkai iman dan kebangsaan.

Untuk itu, mari Divisi Jaringan Penyuluh Agama Report Informasi (D’Japri) bersama-sama tingkatkan kapasitas literasi digital untuk dakwah modern. Kolaborasi aktif dengan lintas sektor (pemuda, pendidikan, tokoh adat). Dan dokumentasikan kegiatan dalam bentuk narasi dan media visual untuk pelaporan dan diseminasi publik.(*)

#PenyuluhBerkarya #SantriUntukNegeri #ModerasiBeragama #HariSantri2025 #SumpahPemuda2025 #KemenagRI #HABKemenag80

Kamis, 16 Oktober 2025

PAI KUA Kalimanah Latih PKK Mewek Soal Pemulasaran Jenazah

PAI KUA Kalimanah, Pujianto, (kanan) dan Azizah Dwi Purba (peraga jenazah), Zamroni Irham dan Moch Agus Zaenal Abidin saat diacara Pelatihan Pemulasaran Jenazah yang diselenggarakan oleh PKK Desa Mewek, di Balai Kelurahan Mewek, Rabu (15/10/2025). (Foto: Rizal)

Purbalingga-Empat Penyuluh Agama Islam (PAI) dari Kantor Urusan Agama (KUA) Kalimanah, Purbalingga, yaitu Pujianto, Zamroni Irham, Moch Agus Zaenal Abidin, dan Azizah Dwi Purba menjadi pemateri dalam Pelatihan Pemulasaran Jenazah yang diselenggarakan oleh PKK Kelurahan Mewek di Balai Kelurahan Mewek, Rabu (15/10/2025) lalu. 

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/KALIMANAH

Pujianto selaku pemandu mengatakan bahwa, pelatihan bertujuan untuk membekali masyarakat, khususnya anggota Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga ((TP PKK) dari perwakilan setiap RT di Kelurahan Mewek, agar dapat menjadi pelopor dalam pelaksanaan pemulasaran jenazah yang baik dan benar sesuai syariat Islam.

Adapun materi yang disampaikan meliputi empat hal. 

  1. Memandikan jenazah
  2. Mengkafani jenazah
  3. Mensholatkan jenazah
  4. Menguburkan jenazah (baru disampaikan secara teori)

PAI KUA Kalimanah, Pujianto, saat diacara Pelatihan Pemulasaran Jenazah yang diselenggarakan oleh PKK Desa Mewek, di Balai Kelurahan Mewek, Rabu (15/10/2025). (Foto: Rizal)

Penekanan khusus juga diberikan pada penanganan jenazah wanita, di mana syariat Islam mengutamakan agar proses pemulasaran (terutama memandikan) dilakukan oleh pihak mahrom atau keluarga dekat, demi menjaga kehormatan dan sesuai dengan adab Islam.

Pelatihan ini diharapkan mampu memperkuat peran masyarakat dalam pengurusan jenazah secara mandiri, benar, dan beradab sesuai ajaran Islam.(*)

Kontributor: Zamroni Irham
Editor: Imam Edi Siswanto

#4 (Habis) Cerpen Kopi Senja

Ilustrasi by IES

#4 (Habis) Cerpen Kopi Senja: Menulis untuk Perubahan
Penulis: Imam Edi Siswanto

Senja mulai turun di Purbalingga, menyinari ruang kerja kecil di kantor D’Japri yang kini terasa lebih hangat dan penuh semangat. Imam dan Sayono duduk berdampingan, memandang layar laptop yang menampilkan tulisan-tulisan hasil karya para kontributor setelah workshop.

“Lihat, Mas,” kata Sayono, menunjuk ke layar. “Sekarang alur narasinya sudah mulai rapi dan mudah dipahami.”

Imam tersenyum. “Ini bukan cuma soal teknis menulis, tapi soal bagaimana kita menyampaikan cerita yang penting bagi banyak orang. 

Tulisan yang jernih, akurat, dan bertanggung jawab bisa membuka mata, menginspirasi, bahkan menggerakkan perubahan. karena lahir dari buah pikiran yang ikhlas, dari hati dan niat yang baik” ucapnya.

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/10/3-cerpen-kopi-pagi-workshop-mini-dan.html 

Sayono mengangguk, “Ya, kita bukan sekadar menulis berita, tapi membangun budaya literasi yang baik. Dari ruang kecil ini, dari secangkir kopi dan semangat sederhana, D’Japri tumbuh jadi rumah cerita yang bermakna.”

Keduanya pun kembali menyiapkan panduan, mengedit artikel, dan menyiapkan langkah berikutnya, membawa berita positif dan bermutu ke tangan pembaca, satu kata, satu kalimat, satu paragraf pada satu waktu.

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/Cerpen

Sebagai penutup cerpen Kopi Siang Dua Editor, berikut rangkuman Panduan Mini Menulis Berita Positif.

  1. Judul yang Informatif dan Padat
    Buat judul yang singkat, jelas, dan menggambarkan isi berita secara akurat. Hindari judul clickbait atau terlalu panjang.
  2. Struktur Piramida Terbalik
    Informasi terpenting (5W+1H: What, Who, When, Where, Why, How) harus ada di paragraf pertama atau kedua. Detail pendukung ditulis setelahnya.
  3. Gunakan Bahasa Indonesia Baku
    Pastikan menggunakan kata dan ejaan sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Hindari kata yang tidak baku seperti ‘menginfokan’ atau ‘mensikapi’.
  4. Kutipan yang Jelas dan Lengkap
    Cantumkan nama narasumber, jabatan, dan pernyataan yang relevan. Kutipan membuat berita lebih hidup dan dapat dipercaya.
  5. Tanggal, Lokasi, dan Konteks Jelas
    Tuliskan kapan dan di mana peristiwa terjadi serta latar belakangnya agar pembaca mendapat gambaran lengkap.
  6. Caption dan Visual Pendukung
    Untuk media sosial atau blog, buat caption yang informatif, relevan, dan sertakan foto atau infografis bila memungkinkan.
  7. Periksa Kembali Tulisan
    Selalu baca ulang untuk memperbaiki kesalahan ejaan, tata bahasa, dan memastikan keakuratan informasi sebelum dipublikasikan.
  8. Tanggung Jawab Moral
    Menulis berita bukan hanya soal teknis, tapi juga soal integritas dan menyebarkan informasi yang benar dan bermanfaat. 

Sebagai tambahan, menulis juga tidak sekedar mengandalkan teknologi seperti Artificial Intellegence (AI) atau sejenisnya, namun lahir dari kemurnian pengetahuan, asumsi dan analisa pikiran manusia serta dukungan referensi dan data falid.

Terimakasih pembaca setia blog IPARI Purbalingga, berharap cerita pendek dari 4 episode ada manfaatnya untuk berbagi pengalaman kejurnalistikan, dan tetap semangat dan produktif berbagi informasi inspiratif, positif dan mencerahkan.(*) 

#3 Cerpen Kopi Pagi: Workshop Mini dan Cerita dari Para Kontributor

Ilustrasi by IES


#3 Cerpen Kopi Pagi: Workshop Mini dan Cerita dari Para Kontributor
Penulis: Imam Edi Siswanto

Hari Sabtu pagi, aula kantor D’Japri sudah mulai ramai. Kursi-kursi berjajar rapi, dan di depan, layar proyektor siap menampilkan slide panduan menulis yang beberapa hari lalu disusun Imam dan Sayono. Para kontributor muda hadir dengan semangat berbeda-beda, ada yang antusias, ada juga yang masih ragu.

Imam membuka acara dengan senyum hangat. “Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh, Selamat pagi, teman-teman! Hari ini kita akan berbagi tips dan trik menulis berita sesuai kaidah jurnalistik untuk website dan blog komunitas kita. Jangan khawatir, ini bukan ujian, tapi ajang belajar bersama.” 

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/10/cerpen-kopi-siang-dua-editor.html

Sayono melanjutkan dengan menjelaskan satu per satu poin penting panduan mini yang telah mereka buat. Slide pertama memperlihatkan judul-judul sederhana namun efektif, contoh judul yang langsung menangkap esensi berita. Para peserta mencatat dengan serius, sesekali mengangguk.

Setelah pemaparan materi, Imam mengajak peserta untuk latihan menulis paragraf pembuka dengan metode piramida terbalik.

“Saya akan berikan sebuah kasus sederhana,” kata Imam. “Bayangkan ada acara pelatihan menulis di desa kalian. Tulislah paragraf pembuka yang mengandung informasi penting, seperti siapa, apa, kapan, dan di mana.” 

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/10/2-cerpen-kopi-sore-karena-yang-kita.html

Seorang kontributor muda bernama Hendra mengangkat tangan. “Begini, Mas: ‘Pada Minggu, 19 Oktober 2025, Komunitas D’Japri menggelar pelatihan penulisan berita di Aula Gedung IPARI Purbalingga, yang diikuti oleh 30 peserta.”

Imam tersenyum puas. “Bagus, Hendra! Kamu sudah meletakkan informasi utama di depan. Ini sangat penting supaya pembaca langsung tahu inti berita.”

Giliran Rafi, kontributor pemula lain, menulis paragraf yang terlalu panjang dan berbelit-belit. Sayono dengan sabar memberikan masukan, “Rafi, coba fokus ke fakta utama dulu, baru sisipkan detail lainnya di paragraf selanjutnya. Jangan lupa gunakan kalimat aktif dan bahasa yang mudah dipahami.”

Sesi tanya jawab berlangsung hangat. Beberapa peserta mengeluhkan sulitnya menghilangkan kebiasaan menulis seperti cerita narasi panjang atau opini yang tidak terstruktur. Imam dan Sayono saling melengkapi penjelasan dengan contoh sederhana yang bisa langsung dipraktikkan.

“Selain itu, ingat selalu untuk mengecek ejaan dan kata baku,” kata Sayono sambil menunjukkan daftar kata umum yang sering keliru, seperti ‘menginfokan’ menjadi ‘memberi informasi’ dan ‘mensikapi’ menjadi ‘menyikapi’ sesuai KBBI.

Workshop berlanjut dengan latihan membuat judul dan caption media sosial. Di sesi ini, banyak yang tertawa saat Imam memperagakan judul berlebihan ala “YouTuber,” kemudian membandingkannya dengan judul berita yang efektif.

Di sela-sela istirahat, beberapa peserta berbagi cerita tentang kesulitan dan pengalaman mereka menulis. Hendra bercerita tentang bagaimana awalnya ia merasa canggung menulis berita karena terbiasa dengan gaya cerita bebas di media sosial.

“Saya kira menulis berita itu harus kaku dan formal, ternyata tidak. Cukup jelas dan benar,” ujarnya.

Rafi menambahkan, “Kalau dulu saya malas baca ulang tulisan saya, sekarang jadi rajin. Karena kalau tidak, bisa salah informasi.”

Sayono tersenyum. “Itulah salah satu hasil dari workshop kita. Menulis itu proses, dan kita semua belajar bersama.”

Di akhir sesi, Imam dan Sayono membagikan panduan mini dalam bentuk PDF dan template ceklis untuk para kontributor. Mereka juga mengumumkan rencana pertemuan rutin untuk berbagi pengalaman menulis dan saling memberi masukan.

“Semoga dengan ini, D’Japri semakin solid dalam menyebarkan berita yang akurat, bermanfaat, dan beretika,” tutup Imam.

Kegiatan selesai, tapi semangat belajar dan berbagi tak berakhir. Di ruang kecil beraroma teh dan kopi, mimpi komunitas D’Japri membangun rumah digital yang penuh tulisan bermutu semakin nyata.(*)

Penyuluh Agama Islam KUA Kemangkon Perkuat Edukasi dan Koordinasi Penyelamatan Tanah Wakaf

Penyuluh Agama Islam Edi Trisnanto (kanan) bersama Kepala Desa Bokol Sutarko, saat berkoordinasi dalam upaya percepatan sertifikasi tanah wakaf di Balai Desa Bokol, Selasa (14/10/2024) lalu.(Foto: Edi Trisnanto)

Purbalingga-Penyuluh Agama Islam (PAI ) Kantor Urusa Agma (KUA) Kemangkon, Edi Trisnanto, menunjukkan komitmennya dalam mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya penyelamatan tanah wakaf, Selasa (14/10/2024) lalu.

Edi melakukan koordinasi dengan Pemerintah Desa Bokol dan Desa Panican sebagai bagian dari upaya percepatan sertifikasi tanah wakaf di wilayah tersebut. 

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/Edi%20Trisnanto

Menurutnya, program ini bertujuan untuk melindungi dan mengamankan tanah wakaf agar keberadaannya terjamin secara hukum dan dapat dimanfaatkan sesuai dengan ketentuan syariat.

Dalam pertemuan yang dihadiri langsung oleh Kepala Desa Bokol, Sutarko, dan Sekretaris Desa Panican, Budi Rianto, ini dibahas langkah-langkah strategis agar tanah wakaf yang dimiliki oleh masyarakat bisa segera masuk ke dalam program percepatan sertifikasi tanah.

Dan penyelamatan tanah wakaf sangat krusial bagi keberlangsungan fungsi sosial dan keagamaan di masyarakat. 

Penyuluh Agama Islam Edi Trisnanto Bersama Sekretaris Desa Panican Budi Rianto, saat berkoordinasi dalam upaya percepatan sertifikasi tanah wakaf di Balai Desa Bokol, Selasa (14/10/2024) lalu.(Foto: Edi Trisnanto)
Dengan adanya sertifikasi yang valid, tanah wakaf akan terhindar dari sengketa dan penyalahgunaan, sehingga manfaatnya benar-benar dirasakan oleh masyarakat luas dalam jangka panjang.

Melalui sinergi bersama Pemerintah Desa Bokol dan Panican, program percepatan sertifikasi tanah tersebut diharapkan dapat berjalan lancar dan memberikan dampak positif yang signifikan.

Di sinilah, peran Penyuluh Agama Islam dalam mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dengan aspek hukum dan administrasi tanah, demi terwujudnya ketertiban serta keberlanjutan tanah wakaf sebagai aset umat.

Ia juga berkomitmen untuk terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat guna meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pengelolaan tanah wakaf yang tepat.(*)

Kontributor: Edi Trisnanto
Editor: Fitriana Pusporini/Imam Edi Siswanto

Rabu, 15 Oktober 2025

PAI KUA Mrebet bersama Pemdes Kradenan dan Dinas Kesehatan Memastikan Penanganan Jenazah Sesuai Syariat dan Medis

Acara Sosialisasi Penyakit Menular dan Tata Cara Pemulasaran Jenazah oleh PAI KUA Mrebet bersama Pemerintah Desa (Pemdes) Kradenan Kecamatan dan Kementerian Kesehatan di Balai desa Kradenan, Selasa (14/10/2025). (Foto: Ahmad Mufaqih)  

Purbalingga-Penyuluh Agama Islam (PAI) Kantor Urusan Agama (KUA) Mrebet bersama Pemerintah Desa (Pemdes) Kradenan Kecamatan, Mrebet, Purbalingga dan Kementerian Kesehatan gelar kegiatan proses penanganan jenazah sesuaai syariat Islam dan kesehatan di Balai desa Keradenan, Selasa (14/10/2025).  

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/06/pai-kua-kalimanah-isi-pelatihan.html

Menurut PAI KUA Mrebet Ahmad Mufaqih, bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menegaskan dan mensosialisasikan pedoman pemulasaran jenazah yang meninggal akibat penyakit menular. Panduan ini memadukan ketentuan fikih Islam dengan standar protokol kesehatan yang ketat untuk mencegah penularan.

Penegasan syariat dan keselamatan, dalam Islam menjunjung tinggi martabat kemanusiaan, termasuk bagi jenazah. Oleh karena itu, pengurusan jenazah yang meninggal akibat penyakit menular tetap wajib dilakukan, meliputi, memandikan, mengkafani, menshalatkan, dan menguburkan. 

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/07/kolaborasi-pemdes-karangduren-dan-pai.html

Fatwa MUI Nomor 18 Tahun 2020 menyatakan bahwa kaum Muslimin yang meninggal karena wabah penyakit menular, seperti COVID-19, adalah syahid di akhirat. 

Acara Sosialisasi Penyakit Menular dan Tata Cara Pemulasaran Jenazah oleh PAI KUA Mrebet bersama Pemerintah Desa (Pemdes) Kradenan Kecamatan dan Kementerian Kesehatan di Balai desa Kradenan, Selasa (14/10/2025). (Foto: Ahmad Mufaqih)  

Namun, hak-hak jenazah mereka harus tetap dipenuhi dengan mempertimbangkan keselamatan petugas dan masyarakat.

Untuk mengantisipasi risiko penularan, terdapat penyesuaian pada setiap tahapan pemulasaran:
Memandikan Jenazah (Ghusl):

  • Jika jenazah tidak berisiko menularkan, proses memandikan dapat dilakukan seperti biasa oleh petugas yang memakai alat pelindung diri (APD) lengkap.
  • Jika sentuhan langsung berisiko tinggi, diperbolehkan melakukan tayammum atau disiram dengan air yang dicampur desinfektan dari luar kantong jenazah.
  • Jumlah petugas yang terlibat harus dibatasi seminimal mungkin (tegas petugas dari Dinas Kesehatan)
Mengkafani (Kafan):
  • · Jenazah yang telah dimandikan atau ditayammumkan harus dibungkus dengan kain kafan, lalu dilapisi minimal dua lapis plastik atau bahan kedap air lainnya untuk mencegah kebocoran cairan.
  • · Plastik atau kantong jenazah tersebut harus disemprot disinfektan. Jika perlu, kantong jenazah itu sendiri dapat dianggap sebagai kafan.
Menyalatkan Jenazah (Shalat Jenazah):
  • Pelaksanaan salat jenazah dapat dilakukan di area aman yang jauh dari risiko penularan.
  • Shalat dapat dilakukan oleh sejumlah kecil anggota keluarga atau petugas, dengan tetap menjaga jarak aman.
  • Dalam keadaan darurat, salat gaib (tanpa kehadiran jenazah) diperbolehkan bagi yang tidak dapat hadir.
Menguburkan (Dafn):
  • Jenazah harus segera dimakamkan, maksimal empat jam setelah waktu kematian.
  • Jenazah dikuburkan di tempat pemakaman Muslim, dan lubang kubur harus dalam dan aman untuk mencegah penyebaran penyakit.
  • Jenazah ditempatkan di dalam peti jenazah atau wadah khusus yang telah didisinfeksi, tanpa perlu membuka kembali kantong jenazah.
  • Posisi jenazah dimiringkan ke kanan menghadap kiblat di dalam peti.

Penegasan bagi Masyarakat, bahwa penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa prosedur ini bertujuan melindungi seluruh pihak, baik keluarga, petugas, maupun masyarakat umum. 

Penolakan terhadap pemulasaran jenazah yang telah mengikuti standar ini tidak dibenarkan, karena hal ini dapat menimbulkan misinformasi dan keresahan.

Untuk itu, pihak berwenang mengimbau, masyarakat agar selalu berkoordinasi dengan pemerintah daerah, petugas kesehatan, dan tokoh agama setempat.

Petugas yang menangani jenazah wajib menggunakan APD yang sesuai dan mengikuti protokol yang ditetapkan. Dan keluarga diimbau juga untuk mempercayakan proses ini kepada petugas yang terlatih.

Dengan sinergi antara pedoman syariat dan protokol kesehatan, hak jenazah untuk dihormati sesuai ajaran Islam dapat terpenuhi, sementara keselamatan dan kesehatan masyarakat tetap menjadi prioritas utama. (*)

Kontributor: Ahmad Mufaqih
Editor: Imam Edi Siswanto

#2 Cerpen Kopi Sore: Karena yang Kita Bangun Bukan Hanya Konten, Tapi Budaya Literasi

Iustrasi Kopi dan Teh Panas
Cerpen Kopi Sore: Karena yang Kita Bangun Bukan Hanya Konten, Tapi Budaya Literasi
Penulis: Imam Edi Siswanto

Setelah jam makan siang, langit Purbalingga mulai mendung. Angin berembus pelan melewati kisi-kisi jendela ruang kecil itu, membawa aroma tanah yang basah. Di meja yang sama, Imam dan Sayono kembali duduk, kali ini ditemani laptop masing-masing yang menyala. Kopi panas dan teh hangat ikut menemaninya.

“Mas Imam, kita mulai saja ya nyusun panduan mini itu. Saya sudah siapkan draft kerangka dasarnya,” kata Sayono, sambil memutar laptop ke arah Imam. 

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/10/cerpen-kopi-siang-dua-editor.html

Di layar terlihat dokumen berjudul "Panduan Menulis Berita D’Japri – Edisi Komunitas". Beberapa poin sudah tersusun rapi.

1. Judul Harus Informatif, Singkat, dan Sesuai Isi
2. Gunakan Struktur Piramida Terbalik
3. Terapkan Kaidah 5W + 1H (What, Who, When, Where, Why, How)
4. Gunakan Bahasa Indonesia Baku Sesuai KBBI
5. Cantumkan Sumber Data atau Kutipan
6. Perhatikan Tanggal, Lokasi, dan Konteks Kegiatan
7. Sisipkan Foto atau Visual Pendukung (Jika Ada)
8. Buat Caption foto yang Informatif dan Relevan serta memenuhi 5W + 1H

Imam mengangguk pelan. “Bagus ini. Kita jelaskan juga satu-satu ya, dengan contoh konkret. Misalnya soal piramida terbalik, kita bisa kasih contoh berita yang urutannya masih cerita naratif, padahal harusnya langsung ke poin.”

Sayono menambahkan bagian baru di bawah poin nomor 2. 
Contoh yang Kurang Tepat, seperti.
“Pada hari Minggu pagi yang cerah, para peserta berkumpul dengan semangat di aula Gedung IPARI Purbalingga. Mereka datang untuk mengikuti pelatihan menulis yang diadakan oleh IPARI…”

Contoh yang Lebih Tepat.
“IPARI menggelar pelatihan penulisan berita di Aula Gedung IPARI Purbalingga, Minggu (19/10/2025). Kegiatan ini diikuti oleh 40 peserta dari berbagai desa di Purbalingga.”

“Jadi yang utama dulu, siapa berbuat apa, di mana, dan kapan,” ujar Imam sambil mengetik cepat. “Nanti setelah paragraf pembuka, baru masuk ke latar belakang, narasumber, kutipan, dan kesan peserta.”

Sayono menambahkan catatan kecil di bawah dokumen:
Catatan:
Jangan menunda informasi penting di paragraf akhir. Pembaca blog atau media daring cenderung membaca cepat. Bila informasi utama tidak muncul di awal, bisa jadi mereka tidak membaca sampai selesai.

Imam mengangguk sambil tersenyum. “Masukkan yang sangat penting. Sekarang bagian kutipan. Kadang teman-teman hanya menulis: ‘Menurut narasumber, kegiatan ini bermanfaat.’ Padahal siapa narasumbernya, jabatannya apa, dan ucapannya bagaimana, itu yang bikin berita hidup.”

Sayono lalu menambahkan contoh:
Contoh Kutipan yang Lengkap:
Ketua IPARI Purbalingga, Hikam Aziz, mengatakan, “Kami berharap pelatihan ini meningkatkan kemampuan menulis berita teman-teman kontributor, agar bisa lebih tajam, padat, dan terpercaya.”

Tak terasa, hujan turun pelan. Rintiknya mengisi keheningan sejenak. Imam berdiri, mengambil camilan dari dapur, singkong goreng dan sambal kecap. Ia kembali ke meja dan meletakkannya di tengah.

“Kita butuh satu sesi juga buat gaya penulisan visual, flyer, infografis, atau caption IG. Itu penting biar semua platform kita konsisten.”

Sayono menyambut ide itu, menambahkan satu sub judul baru: "Gaya Bahasa Visual dan Caption di Media Sosial". Di bawahnya ia menulis.

· Hindari bahasa berlebihan seperti “luar biasa heboh”, “bikin geger”, atau “bongkar rahasia”.
· Fokus pada informasi pokok, siapa, kegiatan apa, kapan, di mana.
· Sertakan tagar komunitas dan kontak jika relevan.
· Gunakan kalimat aktif dan positif.

“Mas Imam, ini kalau selesai kita buat jadi e-book mini atau template PDF, lalu kita share ke grup kontributor. Bisa juga kita buat versi PowerPoint-nya buat pelatihan singkat.”

Imam mengangguk puas. “Lanjutkan, Mas. Saya bantu revisi bagian gaya penulisan dan nanti saya tambahkan lembar cek akhir atau checklist sebelum tayang.”

Mereka bekerja dalam diam selama beberapa menit, hanya terdengar ketikan keyboard dan suara hujan yang semakin deras.

Di ujung halaman, Imam menambahkan satu paragraf pendek, berjudul “Penutup: Menulis dengan Tanggung Jawab”.

Menulis berita bukan sekadar menyampaikan fakta, tapi juga membangun kepercayaan. Di era banjir informasi, tulisan yang rapi, jernih, dan jujur adalah bentuk tanggung jawab moral. Kita bukan hanya menyebar cerita, tapi menanam nilai, tentang kebenaran, akurasi, dan kepedulian.

Sayono membaca pelan kalimat itu, lalu menepuk meja ringan. “Penutup yang mantap, Mas. Ini bukan sekadar panduan teknis, tapi juga refleksi.”

Imam tersenyum. “Karena yang kita bangun bukan hanya konten, tapi budaya literasi.”

Sore pun tiba. Di balik jendela, hujan mulai reda. Di ruang kecil beraroma singkong goreng dan teh panas itu, dua editor komunitas menyusun sesuatu yang tampak sederhana, namun akan menjadi pondasi penting bagi kontributor D’Japri.(*)

HSN 2025: Menjadi Santri Sejati, Lima Syarat Thalibul Ilmi Menurut Ibnu Malik

Pegawai KUA Karangreja saat foto bersama sambut Hari Santri Nasional di halaman KUA Karangreja, Senin (20/10/2025). (Foto: Ngamali). ...