Jumat, 14 Maret 2025

Khutbah Jumat: Ramadhan dan Kepedulian Lingkungan Sosial oleh Syukur Ariyadi

 

PAI KUA Kutasari Syukur Ariyadi, saat menyampaikan Khutbah Jumat di Masjid At Taubah Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Purbalingga, Jumat (14/3/2025).

Ringkasan Khutbah Jumat dengan topik Ramadhan dan Kepedulian Lingkungan Sosial disampaikan oleh Penyuluh Agama Islam (PAI) Kantor Urusan Agama (KUA) Kutasari Syukur Ariyadi di Masjid At Taubah Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Purbalingga, Jumat (14/3/2025).

Berikut ringkasan Khutbah Jumatnya.

Salah satu bentuk ketakwaan yang sering kita abaikan adalah kepedulian terhadap lingkungan hidup. Padahal, Islam mengajarkan kita untuk menjaga alam sebagai bentuk amanah dari Allah.


BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/03/syukur-ariyadi-tiga-tingkatan-puasa.html

 

Ramadhan, kita bukan hanya melatih menahan lapar dan dahaga, tetapi juga melatih diri untuk menjadi pribadi yang shaleh secara personal dan soleh secara sosial.

Kesolehan kita harus bisa terwujudkan dalam wujud mampu memberi kemaslahatan bagi diri dan lingkungan. Tidak merusak lingkungan setelah Allah menciptakannya dengan sangat sempurna. Allah SWT berfirman dalam Al-Qurʼan:


وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ


Artinya: "Dan Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.." (QS. Al-A'raf: 56)

Saat ini, kita melihat dan merasakan sendiri bahwa intensitas hujan tinggi terjadi di bulan Ramadhan. Kondisi ini telah menyebabkan bencana banjir terjadi di berbagai daerah di negeri kita.

Banyak saudara kita yang terdampak, kehilangan tempat tinggal, harta benda, bahkan nyawa. Ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari ibadah dan amanah yang harus kita laksanakan.

Banyak faktor yang menyebabkan bencana ini, salah satunya adalah ulah kita sendiri yang tidak menjaga alam dengan baik. Penebangan pohon secara liar, pembuangan sampah sembarangan, serta pembangunan yang tidak memperhatikan keseimbangan ekosistem menjadi penyebab utama bencana banjir dan longsor.

Rasulullah SAW telah mengingatkan dalam sabdanya untuk benar-benar merawat lingkungan dengan contoh menanam pohon.

Selain sebagai penjaga kelestarian lingkungan melalui resapan airnya dan oksigen yang bermanfaat bagi udara di bumi, menanam pohon juga merupakan ibadah yang masuk dalam kategori sedekah. Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً، وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ، وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ، وَمَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ، وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ


Artinya: “Jabir berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, Tidaklah seorang muslim menanam pohon kecuali buah yang dimakannya menjadi sedekah, yang dicuri menjadi sedekah, yang dimakan binatang buas adalah sedekah, yang dimakan burung adalah sedekah, dan tidak diambil seseorang kecuali menjadi sedekah,ˮ (HR. Muslim).

Maka, bulan Ramadhan ini mengingatkan kita untuk menjadikannya momentum lebih peduli terhadap lingkungan. Puasa mengajarkan kita untuk menahan diri dari tindakan yang merugikan, termasuk dalam merusak lingkungan.

Mari kita mulai dari hal-hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, mengurangi penggunaan plastik, serta menanam pohon untuk menjaga keseimbangan alam.

Dengan merawat dan menjaga lingkungan, kita membangun masa depan yang berkelanjutan, sehat, dan harmonis bagi manusia dan seluruh makhluk hidup. Tindakan kecil dari setiap individu dapat memiliki dampak besar jika dilakukan secara kolektif dengan penuh kesadaran.

Syekh Abdul Qadir Jailani dalam Fathur Rabbani wal Faydur Rahmani mengatakan: “Jika kamu menyukai makanan enak, pakaian bagus, rumah mewah, wanita cantik, dan harta yang berlimpah, sementara pada saat yang sama kamu menginginkan agar saudara seimanmu mendapatkan kebalikannya, maka sungguh bohong bila kamu mengaku memiliki iman yang sempurna.

Wahai orang kurang akal! Kamu berdampingan dengan tetangga yang fakir dan mempunyai sanak-saudara miskin, sedangkan kamu memiliki harta yang sudah layak dizakati, keuntunganmu berlipat ganda setiap hari, dan kamu memiliki kekayaan lebih. Jika kamu enggan memberi dan menolong mereka, berarti kamu rela dengan kefakiran mereka.ˮ

Inilah gambaran bagaimana Allah, Rasulullah, dan para ulama mengingatkan kita semua untuk memiliki kebersamaan yang tinggi dan kepedulian kolektif. Kita perlu ingat, keimanan tidak selamanya diukur berdasarkan jumlah ibadah mahdhoh seperti shalat, zikir, haji dan sebagainya.

Walaupun kita rajin ibadah ritual dan percaya pada Allah jika kita tak memperkuat ibadah sosial atau tak peka pada lingkungan maka keimanan kita pun sangat layak dipertanyakan.(*)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Strategi Dakwah Efektif: Kakanwil Kemenag Jateng Ajak Penyuluh dan Dai Kelola Majelis Taklim untuk Literasi Zakat

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, Saiful Mujab saat menyampaikan pengarahan pada acara  Literasi Zakat bagi Dai...