EDISI 01 : RAMADHAN 1446 H
Pembina DWP (Dharma Wanita Persatuan) dan Perwanida (Persatuan Dharma Wanita Kementerian Agama) Kecamatan Kutasari Syarifudin, saat mengisi Pembinaan pada DWP dan Perwanida Kecamatan Kutasari di aula Penma Kecamatan Kutasari, Selasa (25/2/2025). (FOTO: Yuyu Yuniawati) |
Beberapa waktu yang lalu, Dharma Wanita Persatuan dan Perwanida Kecamatan Kutasari menyelenggarakan pertemuan rutin sekaligus pengajian dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan 1446 H di aula Penma Kecamatan Kutasari, Purbalingga, Jawa Tengah, Selasa (25/02/2025).
Berikut materi tausiyah singkat yang disampaikan oleh Pembina DWP dan Perwanida Kecamatan Kutasari yang menjabat juga sebagai Kepala KUA Kecamatan Kutasari, Syarifudin.
Ia mengingatkan tentang rahasia kenapa Allah SWT sampai detik ini masih memberikan karunia umur kepada kita. Bisa jadi karena bekal akhirat kita belum cukup sehingga kita tergerak untuk terus menambah dan memperbaiki amalan kita.
Dan bisa jadi karena dosa-dosa kita yang masih menggunung sehingga Allah beri kesempatan untuk menghapus dosa-dosa tersebut menjemput ampunan-Nya. Dan karunia Ramadhan menjadi kesempatan untuk meraih ampunan-Nya.
Dengan diwajibkannya puasa Ramadhan yang perintahnya turun pada hari Senin, 2 Sya'ban tahun ke 2 Hijriyah, artinya ada tenggang waktu kurang lebih 1 bulan dari pertama diwajibkan sampai waktu pelaksanaannya. Hikmahnya adalah secara tidak langsung kita diperintahkan untuk mempersiapkan jauh-jauh hari.
Apa yang dilakukan oleh Rasulullah?
Mari kita simak hadits dari 'Aisyah ra. "Aku tidak pernah melihat Rasulullah Saw menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat Rasulullah Saw memperbanyak puasa kecuali di bulan Sya'ban".
Artinya Rasulallah memberikan pelajaran bahwa butuhnya sebuah persiapan, di antaranya yaitu diwujudkan dengan memperbanyak puasa di bulan Sya'ban sekaligus pemanasan.
Sudah berapa banyak kita melakukan puasa di bulan Sya'ban? Yang tahu hanya kita dengan Allah SWT.
Jangan sampai Sya'ban berakhir tidak satu haripun berpuasa, bisa jadi kita termasuk orang yang dzalim yaitu berbuat aniaya terhadap diri sendiri dengan tidak mengikuti petunjuk Rasulullah Saw.
Ramadhan identik dengan qiyam dan shiyam, sesuai hadis shahih, man qaama ramadhaana imaanan wa ihtisaaban ghufirolahu maa taqaddama min dzanbih wa man shaama ramadhaana imanan wa ihtisaban ghufirolahu maa taqaddama min dzanbih.
Tidak ada Ramadhan tanpa qaama dan shaama dua amalan ini penentu keberhasilan dan keberkahan ramadhan didapat, tidak bisa hanya didapat dengan shaama saja tapi qaama menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Bahkan, sebelum shaama lebih dahulu ditunaikan qaama yaitu dengan shalat tarowih pada malam harinya.
Hal yang tidak boleh ditinggalkan adalah baik qaama maupun shaama tidak akan berbuah ampunan kecuali dilaksanakan dengan imanan wa ihtisaban.
Imanan yang berarti qaama dan shaama dilakukan dengan menghadirkan pemahaman bahwa melaksanakannya didasarkan atas perintah Allah, tidak karena sekedar tidak enak karena orang lain.
Memahami konsekuensi ketika diamalkan akan mendapatkan pahala, ketika ditinggalkan akan mendapatkan siksa, ini yang bisa dijadikan tolak ukur didasarinya dengan keimanan.
Ihtisaban berarti qaama dan shaama dijiwai dengan penuh perhitungan, dibarengi dengan kinerja yang kalkulatif. Apakah aktifitas amalan-amalan di Ramadhan itu mendukung terhadap ibadah puasanya apa justru sebaliknya.
Menghitung-hitung apakah shalat mau sendirian apa berjamaah, habis subuh mau tidur apa ikut kegiatan kuliah subuh, habis kuliah subuh mau langsung jalan-jalan atau sebelum jalan-jalan membuka Al Qur'an walau membaca beberapa ayat.
Masuk kantor dengan banyak ngobrol atau prioritas waktu kosongnya digunakan untuk tadarrus bersama dan lainnya. Selalu diwarnai dengan kendali perhitungan mana amalan yang mendukung terhadap sempurnanya qaama dan shaamanya.
Sepuluh hari terakhir, melakukan perhitungan apakah waktu akan kita gunakan untuk memenuhi kebutuhan duniawi kueh lebaran, baju baru, apakah fokus memaksimalkan 10 hari terakhir dengan i'tikaf, atau setidaknya waktu tidak hilang begitu saja untuk amalan-amalan yang tidak mendatangkan keberkahan Ramadhan.
Pertemuan edisi bulan Februari 2025 terasa spesial karena dihadiri oleh kedua pembina, yaitu Kepala KUA Kutasari Syarifudin dan Pengawas Madrasah Kecamatan Kutasari Eli Nurhayati. Kemudian dihadiri oleh ketua Dharma Wanita Persatuan Kecamatan Kutasari Elly Setyowati Cahyono dan sekretaris.(*)
Kontributor: Yuyu Yuniawati
Editor : IES
Tidak ada komentar:
Posting Komentar