KEPENYULUHAN

Jumat, 24 Oktober 2025

BRUS Seru di SMA N 1 Padamara : Penyuluh Agama Islam Sampaikan Pesan Cinta dan Masa Depan untuk Remaja

PAI KUA Padamara, Siti Ubaidah saat interaksi dengan salah satu siswa kelas XI SMAN1 Padamara, Alfaro di acara BRUS, Jumat (24/10/2025). (Foto: Siti Ubaidah)

Purbalingga–Kegiatan Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS) hari kedua berlangsung meriah di Masjid Baitul Hikmah SMA N 1 Padamara, dalam rangkaian peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2025.

Penyuluh Agama Islam (PAI) Kantor Urusan Agama (KUA) Padamara, Siti Ubaidah, hadir sebagai pemateri dengan tema “Bukan Menolak Cinta Tapi Menjaga Masa Depan”.

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/PADAMARA

Menurutnya, BRUS menjadi wadah penting bagi para remaja untuk memahami nilai-nilai agama, menyiapkan diri menghadapi masa depan, serta menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga diri dan cita-cita sejak dini.

Suasana kegiatan BRUS oleh PAI KUA PAadamara di SMAN1 Padamara,  Jumat (24/10/2025). (Foto: Siti Ubaidah)

Materi yang disampaikan mencakup regulasi tentang perkawinan, pengertian dan dampak pernikahan dini, serta pesan-pesan penting untuk remaja, antara lain: 

  1. Cinta itu fitrah, tapi harus diarahkan.
  2. Siapkan diri, jangan terburu-buru menikah.
  3. Jaga diri, cita-cita, dan kehormatan.

Kegiatan BRUS dibuka dengan Sholat Dhuha dan khataman Al-Qur’an, kemudian setelah BRUS dilanjutkan dengan pengajian kitab Ta’lim Muta’alim dan diakhiri sholat dzuhur berjama’ah.

Acara dipandu oleh Tim Penyuluh Agama Islam KUA Padamara, Aziz Fahrurridlo dan Yeni Nur Asiah diikuti oleh sekitar 285 siswa-siswi kelas XI, serta dihadiri perwakilan guru.

Materi disampaikan secara interaktif, diselingi icebreaking, sehingga peserta terlihat antusias dan aktif. Tidak ketinggalan, pembagian doorprize menambah keceriaan peserta.

Salah seorang peserta, Alfaro, siswa kelas XI menyatakan kegembiraannya mengikuti BRUS.

“Kami senang karena mendapatkan ilmu dan pengetahuan baru. Kegiatannya juga asyik, menarik, dan tidak membosankan.” ujarnya antusias. 

Foto bersama: dari kiri Penyuluh Agama Isla, Yeni Nur Asiah, Siti Ubaidah ,tiga orang dewan guru SMA N 1 Padamara, serta PAI Aziz Fahrurridlo, Imron Rosyadi dan  Novi Anggriawan Wijonarko. (Foto: Siti Ubaidah)

Alfero juga mengatakan bahwa, materi yang telah disampaikan penyuluh membuat kami jadi memahami batasan dalam pergaulan antara yang boleh dilakukan dan yang dilarang.

Sementara itu guru Pendidikan Agama Islam SMA N 1 Padamara, Muflihuddin, memberikan apresiasi atas kegiatan BRUS dan berharap ada keberlanjutan kerjasama di acara lainnya.

“Kami mengapresiasi kegiatan bersama antara penyuluh agama Islam KUA dan SMA N 1 Padamara. Semoga kerjasama ini terus berlanjut, termasuk dalam peringatan Hari Besar Islam dan kegiatan lainnya,” harapnya.(*) 

Kontributor : Siti Ubaidah (Penyuluh Agama Islam KUA Padamara)
Editor: Imam Edi Siswanto

Jejak Jihad dan Pengabdian: ASN KUA Karanganyar Rayakan Hari Santri dengan Semangat Kebangsaan

ASN KUA Karanganyar ikut serta menggelorakan semangat HSN tahun 2025 di Kecamatan Karanganyar dengan mengikuti pawai dilanjutkan dengan apel akbar di lapangan Desa Bungkanel pada Rabu (22/10/2025). (Foto: Artanti laili Zulaiha)

Purbalingga-Aparatur Sipil Negara (ASN) Kator Urusan Agama (KUA) Karanganyar turut berpartisipasi gelorakan semangat santri pada rangkaian Hari Santri Nasional (HSN) Kecamatan Karanganyar. Di awali dengan Pawai Ta'aruf pada hari Rabu, 22 Oktober 2025 lalu.

Berlanjut dengan Apel Hari Santri Nasional yang dilaksanakan di lapangan Desa Bungkanel, yang diselenggarakan oleh Majlis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Karanganyar. 

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/KARANGANYAR

Penyuluh Agama Islam (PAI) KUA Karanganyar, Artanti Laili Zulaiha, menceritakan bahwa bertindak sebagai Pembina Apel Akbar HSN tahun 2025 adalah Plt. Camat Karanganyar, Juli Atmadi. 

Hadir sebagai peserta apel adalah seluruh santri dari berbagai lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama, antara lain Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ), Madrasah Diniyah (Madin), Pondok Pesantren, Madrasah, serta para ustadz dan ustadzah. Tidak kalah penting, kehadiran kepala desa se-Kecamatan Karanganyar, unsur Formompincam, badan otonom NU, dan masyarakat umum menambah meriah suasana apel.

Menurutnya, secara singkat sejarah Hari Santri Nasional bahwa, setelah Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, kedaulatan Indonesia kembali terancam. Pasukan Sekutu, yang diboncengi oleh Netherlands Indies Civil Administration (NICA) atau Belanda, mulai mendarat di berbagai wilayah, termasuk Surabaya, dengan niat merebut kembali kekuasaan. Situasi genting ini memicu keresahan yang mendalam di kalangan ulama dan rakyat.

Dalam menghadapi ancaman penjajah yang semakin nyata, pada tanggal 21-22 Oktober 1945, berkumpullah para ulama dari berbagai penjuru Jawa dan Madura di Surabaya. Rapat besar yang diadakan oleh perhimpunan Nahdlatul Ulama (NU) ini menghasilkan sebuah fatwa bersejarah yang dikenal sebagai Resolusi Jihad.

Fatwa ini secara resmi diserukan oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari, pendiri NU dan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng. Isi utama dari Resolusi Jihad adalah.

Pertama, kewajiban agama yakni mempertahankan dan menegakkan Negara Republik Indonesia Merdeka adalah sebuah kewajiban bagi setiap umat Islam (fardhu 'ain), yang termasuk dalam kategori jihad di jalan Allah (sabilillah).

Kedua, perlawanan maksimal: resolusi ini secara tegas menyerukan kepada seluruh umat Islam, khususnya para santri dan pemuda, untuk mengangkat senjata melawan tentara Sekutu dan Belanda yang berusaha menjajah kembali Indonesia.

Lebih lanjut ia mengatakan, Resolusi Jihad ini seketika membakar semangat perlawanan yang sangat membara. Seruan ini memberikan legitimasi agama pada perjuangan fisik melawan penjajah, mengubah medan pertempuran menjadi arena jihad suci. Ribuan santri, kiai, dan laskar rakyat segera bergerak ke Surabaya. 

Semangat jihad inilah yang kemudian menjadi motor penggerak perlawanan heroik rakyat dalam Pertempuran 10 November 1945, peristiwa yang kita diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional. Resolusi Jihad membuktikan bahwa santri tidak hanya handal dalam ilmu agama, tetapi juga merupakan garda terdepan dalam membela kedaulatan NKRI.

Negara Mengakui Keberadaan Santri. Meskipun peran santri dalam kemerdekaan sangat besar, pengakuan secara formal melalui penetapan hari nasional memerlukan waktu yang panjang. Gagasan untuk menjadikan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional telah diperjuangkan sejak lama dan mendapat dukungan luas, terutama dari organisasi massa Islam.

Berbagai pihak, termasuk NU, terus mengusulkan dan mendesak pemerintah agar menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri sebagai bentuk penghargaan atas peran historis yang seringkali tidak terungkap secara penuh dalam narasi sejarah nasional. 

Dan akhirnya, Hari Santri Nasional secara resmi ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 yang ditandatangani pada 15 Oktober 2015.

Dipilih tanggal 22 Oktober karena tanggal tersebut merujuk langsung pada momentum Resolusi Jihad. Dalam konsideran Keppres tersebut, disebutkan secara eksplisit bahwa ulama dan santri pondok pesantren memiliki peran besar dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan, dan penetapan Hari Santri bertujuan untuk mengenang, meneladani, dan melanjutkan peran mereka dalam pembangunan bangsa. 

Keterlibatan ASN KUA Karanganyar dalam pawai dan apel HSN tahun 2025 Kecamatan Karanganyar menunjukan komitmen bersama dalam mendukung kegiatan keagamaan dan kebangsaan, sekaligus memperkuat peran serta santri dan pesantren sebagai pilar pembangunan bangsa.

Kontributor : Artanti Laili Zulaiha (Penyuluh Agama Islam KUA Karanganyar )
Editor: Imam Edi Siswanto


Rabu, 22 Oktober 2025

HSN 2025: Pesan Ngamali, Penyuluh Agama Islam KUA Karangreja untuk Siswa-siswi SDN 1 Karangreja

PAI KUA Karangreja, Ngamali, saat mengisi tausiyah Hari Santri Nasional 2025 pada siswa-siswi SDN 1 Karangreja tentang “Meneladani Semangat Santri di SDN 1 Karangreja, Rabu (22/10/ 2025). (Foto: Ngamali)

“Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam, dan kesehatan, sehingga pada hari Rabu tanggal 22 Oktober 2025.
 
Purbalingga-Penyuluh Agama lslam (PAI) Kantor Urusan Agama (KUA) Karangreja, Ngamali, di Hari Santri Nasional 2025 menyampaikan tausiyah pada siswa-siswi SDN 1 Karangreja tentang “Meneladani Semangat Santri di Hari Santri Nasional 2025”.
 
“Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam, dan kesehatan, sehingga pada hari Rabu tanggal 22 Oktober 2025 ini kita bisa memperingati Hari Santri Nasional tahun 2025 bersama-sama di SDN 1 Karangreja,” ucapnya.

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/KARANGREJA

Anak-anak yang sholeh dan sholehah, sambungnya, pada hari yang penuh berkah ini, kita bersama-sama memperingati Hari Santri dengan semangat “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia.

“Tema ini mengajak kita semua untuk tidak hanya mengenang jasa para santri terdahulu, tetapi juga meneladani semangat perjuangan dan adab mereka dalam membangun bangsa yang bermartabat,” serunya pada semua siswa-siswi yang hadir.

Perlu kita pahami bersama bahwa santri bukan hanya mereka yang mondok di pesantren. Di zaman sekarang, semua pelajar yang sedang belajar ilmu yang bermanfaat, baik di sekolah, madrasah, maupun rumah, itu semua adalah santri. Termasuk kalian semua, siswa-siswi SDN 1 Karangreja!.

Setelah kita pawai dan menunjukkan semangat kita sebagai santri Indonesia, kita mengisi kegiatan ini dengan pembelajaran dari kitab yang sangat penting, yaitu Ta’limul Muta’allim – sebuah kitab klasik yang mengajarkan adab dan etika mencari ilmu.

Di dalam kitab ini diajarkan bahwa, “Barangsiapa yang mencari ilmu tanpa adab, maka ilmunya tidak akan memberi manfaat.”

Maka, seorang santri sejati adalah dia yang tidak hanya cerdas otaknya, tapi juga mulia akhlaknya. Hormat kepada guru, patuh kepada orang tua, rajin belajar, serta menjaga lisan dan perbuatan, itulah ciri santri yang akan memperkuat Indonesia merdeka.

Dalam kitab Ta'līm al-Muta'allim Ṭarīq at-Ta'allum, karya Syaikh Az-Zarnuji, kata dia, disebutkan bahwa seorang pencari ilmu (santri) harus memenuhi enam syarat agar ilmunya bermanfaat dan berhasil. Keenam syarat ini menjadi fondasi utama dalam menuntut ilmu secara benar.

Berikut adalah enam syarat menjadi santri sejati menurut Ta’limul Muta’allim.

1. Dzaka’ (Kecerdasan)
Santri harus memiliki kecerdasan akal dan ketajaman pikiran. Maksudnya bukan hanya pintar secara alami, tapi mau berpikir kritis, suka bertanya, dan aktif memahami ilmu, bukan sekadar menghafal.

2. Hirshun (Kesungguhan/semangat tinggi)
Ilmu tidak akan diraih tanpa semangat, tekad, dan usaha yang gigih. Santri sejati selalu rajin, tidak malas, dan punya niat kuat untuk terus belajar meski menghadapi kesulitan.

3. Wastibarin ( Sabar karena harus Bersungguh-sungguh dalam belajar)
Harus ada usaha maksimal dalam menuntut ilmu, bukan setengah-setengah, atau Ijtihad berarti belajar dengan serius, mencatat, mengulang pelajaran, dan terus memperbaiki diri.

4. Bulghah (Bekal atau fasilitas)
Menuntut ilmu butuh bekal: alat tulis, buku, makanan, dan tempat belajar. Santri perlu memanfaatkan fasilitas dengan bijak, bukan mengeluh bila terbatas, tapi tetap berusaha.

5. Irsyādu ustādzin (Bimbingan guru)
Santri harus belajar di bawah bimbingan guru atau ustadz. Ilmu tidak bisa hanya dari baca sendiri, perlu arah, nasihat, dan doa guru agar ilmunya berkah dan tidak sesat

6. Ṭūlu zamān (Waktu yang panjang)
Menuntut ilmu itu butuh waktu, tidak instan. Santri sejati sabar dan konsisten belajar bertahun-tahun, karena ilmu yang bermanfaat tidak bisa didapat dengan cepat.

Sementara itu, guru Pendidikan Agama Islam SDN 1 Karangreja, Ngalimah, S.Pdl menindaklanjuti dengan tema tersebut agar siswa-siswi mendalami dan mengamalkan serta menjadi santri yang berguna. Dan setelah itu, acara di lanjutkan dengan membaca Asma ul khusna.(*)

Kontributor: Ngamali (PAI KUA Karangreja
Editor: Imam Edi Siswanto

Selasa, 21 Oktober 2025

Saatnya Santri Muda Berdakwah Kreatif di Media Sosial

Saatnya Santri Muda Berdakwah Kreatif di Media Sosial
Penulis: Imam Edi Siswanto

· Ketua Tim Efektif Media Sosial PAI Kemenag Purbalingga
· Penyuluh Agama Islam Kemenag Purbalingga KUA Kalimanah

PURBALINGGA–Di zaman ketika jari-jari lebih cepat menyebarkan pesan dibanding lisan, ruang dakwah tidak lagi hanya di atas mimbar atau majelis taklim. Kini, dakwah juga hadir lewat caption Instagram, video pendek TikTok, podcast santai di Spotify, hingga story yang bertahan 24 jam.

Dan siapa yang paling siap menaklukkan dunia digital ini? Jawabannya adalah santri muda. Santri bukan hanya mereka yang khusyuk di pesantren, tapi juga yang siap terjun ke masyarakat, termasuk dunia maya, dengan membawa pesan Islam yang damai, sejuk, dan bermakna.

Dunia digital, kini mengubah arah menjadi rumah bagi pencarian makna. Sementara media sosial, sadar atau tidak, sudah menjadi “rumah kedua” tempat banyak orang, terutama anak muda dalam mencari inspirasi, hiburan, bahkan arah hidup.

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/Artikel%20Penyuluh

Hari ini, banyak anak muda lebih sering scroll Reels atau Shorts daripada membuka kitab atau ikut pengajian. Maka, tugas kita adalah membawa nilai dakwah ke dunia mereka, bukan menunggu mereka datang ke dunia kita.

Data berbicara bahwa menurut DataReportal 2025, lebih dari 212 juta orang di Indonesia menggunakan internet dan sekitar 143 juta memiliki akun media sosial aktif. Dengan demikian, platform digital menjadi arena utama bagi pemuda untuk berinteraksi dan menerima pesan keagamaan. Seperti dilansir dari detikInet dan DataReportal-Global Digital Insights.

Journal of Islamic Communication Studies (JICoS), Akbar Rizquni Mubarok dengan judul “Moderasi Beragama di Era Digital:Tantangan dan Peluang”, menyebutkan bahwa Di era ini, semua akses dapat secara cepat di dapatkan atau dijangkau. 

Sehingga pada pemakaian media sosial cepat dijangkau, maka pendakwah saat ini sangat efektif untuk menggunakan media sosial untuk menyampaikan dakwahnya. Saat ini, memang perlu menggunakan sarana media untuk menyampaikan dakwah, sebab selama ini yang digunakan hanya dakwah bil kitabah ataupun bil qalam. (Wibowo, 2019: 342). 

LIHAT:
1. https://www.youtube.com/watch?v=gRacfyCxeeE
2. https://www.youtube.com/watch?v=LCI2bVdBad8
3. https://www.youtube.com/@fkpaipurbalingga15


Diperkuat lagi oleh penelitian dari Titis Cesara Putri 
dan kawan kawan dalam Jurnal Penelitian Ilmiah Multidisiplin, pada laman sejurnal.com dengan judul “Peran Media Sosial Dalam Pemahaman Moderasi Beragama Di Kalangan Generasi Muda” menyebutkan, generasi muda sering kali menjadikan media sosial sebagai sumber informasi utama, termasuk dalam aspek keagamaan. Dalam era digital ini, mereka cenderung mencari informasi agama melalui konten yang disajikan dengan cara yang visual dan menarik, seperti video, infografis, dan postingan singkat.

Konten yang dikemas secara menarik tidak hanya lebih mudah dipahami tetapi juga lebih mudah untuk dibagikan di kalangan teman dan pengikut mereka. Dengan demikian, media sosial menjadi medium yang sangat efektif dalam menyampaikan informasi keagamaan, karena memungkinkan generasi muda untuk 128 mengakses dan memahami berbagai perspektif dalam waktu singkat (Khoirunnissa & Syahidin, 2023).

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/IMAM%20EDI%20SISWANTO

Sebagian data diatas cukup menjadi salah satu alasan bagi kalangan santri muda untuk memulai langkah. Ini bukan tentang siapa yang salah, tapi tentang bagaimana kita bisa hadir di dunia mereka, dengan cara yang lebih dekat, ringan, dan tetap mengandung makna.

Dan ini menjadi peluang yang sangat efektif dan efisien bagi pemuda muslim. Solusinya, siapkan sumber daya manusia dan kuasai teknologinya.

Dakwah, bukan hanya ceramah, tapi juga cerita. Pemuda muslim tidak harus menunggu jadi ustaz untuk mulai berdakwah. Karena hari ini, dakwah bisa lewat cerita, bukan hanya ceramah.

Kamu suka desain? Buat konten infografis Islami. Suka nulis? Tulis refleksi harian tentang ayat yang kamu baca. Suka ngedit video? Bikin video pendek tentang kisah sahabat Nabi. Suka humor? Sampaikan pesan agama lewat komedi yang cerdas dan sopan. Yang penting bukan seberapa panjang isi dakwahnya, tapi seberapa dalam pesan yang tersampaikan.

Perlu diketahui dan disadari bahwa, kedalaman isi sebuah pesan dalam dakwah dimanapun termasuk dakwah digital harus memiliki pemaham ilmu agama yang komprehensif. Karena kredibiltas atau kepercayaan narasumber menjadi sangat penting. Penting dalam pandangan keilmuan, tuntunan dan nilai holistic.

Kenapa harus santri muda? Karena santri muda sudah punya bekal keislaman (lmu agama) dan lingkungan yang mendukung. Tinggal satu langkah lagi, yakni berani masuk ke dunia digital dan bicara dengan gaya anak muda. Kita tidak sedang bersaing dengan konten viral, tapi kita bisa jadi bagian dari yang positif dan berdampak (bernilai).

Adapun langkahnya cukup sederhana, dan insyaallah dampaknya luar biasa, seperti.
· Mulai dari apa yang kamu kuasai. Jangan tunggu sempurna.
· Buat konten yang jujur, relate, dan ringan.
· Gunakan bahasa yang bersahabat, hindari menghakimi.
· Ajak teman-teman satu komunitas buat tim kecil konten dakwah.
· Kolaborasi dengan ustaz muda atau tokoh lokal untuk penguatan isi.

Akhirnya, dakwah bukan hanya soal menyampaikan, tapi juga soal menjangkau. Hari ini, umat muda ada di TikTok, YouTube, Instagram, bahkan X (Twitter). Jangan biarkan mereka hanya disuguhi konten tanpa arah. Hadirkan dakwah yang hangat, inklusif, dan menyentuh, dari santri muda untuk generasi Indonesia. Dan Selamat Hari Santri Nasional Tahun 2025.(*)

Karena jika kita tidak mengisi ruang digital dengan kebaikan, orang lain akan mengisinya dengan hal sebaliknya.

“Yuk, jadikan akun media sosialmu bukan hanya tempat eksis, tapi juga tempat menebar inspirasi Islami. Dakwah kreatif itu mulia dan seru!.(*)

#KemenagPurbalingga #LiterasiSehati #IPARIPurbalingga #PenyuluhAgamaIslamBergerak #PemudaMasjid #DakwahDigital #NgontenPositif #IslamRahmatanLilAlamin #HariSantriNasional2025

Senin, 20 Oktober 2025

HSN 2025: Menjadi Santri Sejati, Lima Syarat Thalibul Ilmi Menurut Ibnu Malik

Pegawai KUA Karangreja saat foto bersama sambut Hari Santri Nasional di halaman KUA Karangreja, Senin (20/10/2025). (Foto: Ngamali).

Dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional (HSN), Penyuluh Agama Islam (PAI) Kantor Urusan Agama (KUA) Karangrea, Ngamali, menyampaikn dalam Nadzom Alfiyah Ibnu malik.

 بالجر وتنوين والندا وال ومسند للاسم تمييز حصل

 “Bil jarri watanwini wa nida wa al - wa musnadin lil ismi tamyizun hashal

Bait dari karya Ibn Malik di atas menjelaskan tanda-tanda sebuah kata (isim) yang membedakannya dari kata kerja (fi'il) dan huruf.

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/KARANGREJA 

Hadis Thalabul ilmi faridhatun ‘ala kulli muslimin wa muslimatin”, ini rasanya tidak asing lagi di telinga orang pesantren sebagai penuntut ilmu (thalibul ‘ilmi).

Sejak dulu Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah dasar para  ustaz/ustazah sudah mengenalkan hadis berikut. Untuk saat sekarang, mungkin sejak masa kanak-kanak sudah dikenalkan. 

Namun, bagaimana cara kita untuk bisa mencapai derajat yang tinggi dalam mencari ilmu? Dalam hal ini, Ibnu Malik Al-Andalusi dalam kitab Alfiyah-nya mesdiskripsikan cara itu.

Ada lima syarat yang bisa mengantarkan seseorang (thalibul ‘ilmi) pada derajat yang tinggi. Lima point tersebut yang nantinya akan membedakan antara thalibul ‘ilmi yang taat dan tidak. 

Seorang thalibul ‘ilmi harus memiliki dan bersifat.

1. jar. Dalam artian tunduk dan tawadduk terhadap semua perintah (baik dari Allah SWT, maupun pemerintah ataupun kyai/ustaz ). 

2. tanwin. Artinya kemampuan (baca: niat) yang tinggi mencari ridha Allah SWT. Dengan adanya kemauan yang tinggi seorang thalibul ‘ilmi akan mencapai apa yang ia inginkan. Sesuai dengan apa yang di sabdakan nabi Muhammad saw. yang datangnya dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh, Umar bin Khattab r.a. bahwa nabi Muhammad saw. pernah bersabda yang bunyinya, “innamal a’malu binniyati,

3. nida’. Artinya dzikir. Setelah adanya niat yang baik untuk mencapai tempat yang layak di sisi Allah swt., seorang thalibul ‘ilmi diharapkan berdzikir mengingat-Nya. Dengan ini, niat awal tidak akan menjadi ‘ashi (bis safar/fis safar). 

4. al, yang berarti berfikir. Karena berfikir manusia mempunyai derajat yang lebih tinggi dari makhluk Allah lainnya. Maka dari itu, setidaknya seseorang yang ingin menggapai sesuatu seyogyanya menggunakan akal pikirannya sebaik mungkin. 

 5. musnad ilaih. Beramal nyata (ikhlas). Cara yang kelima ini merupakan puncak dari semuanya. 

Dengan ikhlas insyaallah semuanya akan mudah. Sekedar gambaran, dalam beramal harus didasari ikhlas. 

Menurut hemat kami, cara yang kelima ini merupakan puncak dari semuanya. Dengan ikhlas semuanya akan dimudahkan, bahkan hal yang selama ini sulit untuk didapatkan itu bisa terealisasikan. Dan rahasianya adalah dengan melapangkan hati untuk senantiasa ikhlas dalam segala amal.


Semoga kita semua bisa menjalankan apa yang telah dijelaskan oleh imam Malik, dan dimudahkan dalam mencari ilmu yang pada akhirnya kita mendapat derajat yang luhur. Amiin. 

Kontributor: Ngamali (PAI KUA Karangreja)
Editor: Imam Edi Siswanto


JUMPA: Wujud Nyata Kehadiran KUA Karanganyar di Tengah Masyarakat

Penyuluh Agama Islam KUA Karanganyar , Muchotib, saat menyampaikan Khutbah Jumat di Masjid Baiturrahman Desa Brakas, Jumat (17/10/2025). (Foto: Tarom).


Purbalingga–Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Karanganyar kembali menyelenggarakan kegiatan JUMPA, (Jumatan dan Pembinaan Agama). Kegiatan JUMPA bulan Oktober ini dilaksanakan di Masjid Baiturrahman Desa Brakas, pada hari Jumat (17/10/2025) lalu.

JUMPA adalah kegiatan rutin yang diadakan setiap Jumat ketiga di setiap bulannya. Program ini dirancang sebagai upaya KUA Karanganyar untuk lebih dekat dengan masyarakat melalui momen keagamaan yang bermakna.

Dalam kegiatan ini, ASN KUA tidak hanya hadir untuk melaksanakan salat Jumat, tetapi juga memberikan pembinaan dan penyuluhan agama kepada jamaah.

Kepala KUA Karanganyar, Amin Nasirudin, dalam sambutan sebelum salat Jumat menegaskan bahwa KUA tidak hanya menangani urusan pernikahan semata.

“KUA tidak hanya tentang nikah. KUA adalah rumah moderasi beragama, siap melayani dan memberikan solusi berbagai masalah keagamaan masyarakat,” ujarnya. 

Kepala KUA Karanganyar, Amin Nasirudin, memberikan bantuan mushaf Al Qur'an kepada Takmir Masjid Baiturrahman Desa Brakas, Jumat (17/10/2025). (Foto: Tarom).


Amin menambahkan bahwa program JUMPA menjadi sarana efektif untuk memperkuat hubungan silaturahmi antara KUA dengan masyarakat. Melalui kegiatan JUMPA, KUA ingin hadir bukan hanya di kantor, tetapi juga di tengah-tengah umat, membawa semangat pelayanan dengan slogan SEHATI (Santun, Efektif dan Efisien, Humanis, Amanah, Tertib, dan Ikhlas).

JUMPA kali ini menghadirkan Muchotib, penyuluh agama Islam dari KUA Karanganyar, yang bertugas menyampaikan khutbah Jumat dengan tema peringatan Hari Santri Nasional.

Dalam khutbah Muchotib mengajak jamaah untuk meneladani semangat perjuangan para santri dalam menjaga keutuhan bangsa dan memperkuat nilai-nilai keislaman yang moderat.

Sebagai bentuk kepedulian terhadap penguatan keagamaan masyarakat, KUA Karanganyar juga memberikan bantuan Mushaf Al-Qur’an kepada Takmir Masjid Baiturrahman, Bapak Muhajir. Bantuan ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan dan pembelajaran Al-Qur’an di lingkungan masjid.(*)

Kontibutor : Artanti Laili Zulaiha (Penyuluh Agama Islam KUA Karanganyar)
Editor: Imam edi siswanto

Catatan Redaksi D'Japri: Peran Strategis Penyuluh Agama Islam dalam Mendukung Agenda Nasional dan Kebijakan Kemenag RI (Oktober–November 2025)

Peran Strategis Penyuluh Agama Islam dalam Mendukung Agenda Nasional dan Kebijakan Kemenag RI (Oktober–November 2025)
Oleh: (Imam Edi Siswanto)
· Ketua Tim Efektif Media Sosial PAI Kemenag Purbalingga
· Penyuluh Agama Islam Kemenag Purbalingga KUA Kalimanah


PURBALINGGA-Dalam rentang bulan Oktober hingga November 2025, redaksi Divisi Jaringan Penyuluh Agama Report Informasi (D’Japri) mencatat sejumlah agenda nasional dan kebijakan Kementerian Agama RI menjadi momentum strategis untuk memperkuat peran penyuluh di tengah masyarakat.

Artikel ini akan mengulas peran penyuluh selama dua bulan terakhir, yang dikaitkan dengan beberapa peristiwa penting seperti Hari Santri Nasional (22 Oktober), Hari Sumpah Pemuda (28 Oktober).

Dan Persiapan Hari Amal Bakti Kemenag ke-80 (3 Januari 2026), serta implementasi program prioritas Kemenag RI 2025, termasuk moderasi beragama, penguatan literasi keagamaan digital, dan pendampingan keluarga sakinah.

Semua kegiatan ini turut menopang implementasi program prioritas Kementerian Agama (Asta Protas 2025) yang meliputi. 1) Meningkatkan Kerukunan dan Cinta Kemanusiaan; (2) Penguatan Ekoteologi; (3) Layanan Keagamaan Berdampak; (4) Mewujudkan Pendidikan Unggul, Ramah, dan Terintegrasi; (5) Pemberdayaan Pesantren; (6) Pemberdayaan Ekonomi Umat; (7) Sukses Haji; dan (8) Digitalisasi Tata Kelola. 

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/IMAM%20EDI%20SISWANTO

Surat Edaran (SE) Kepdirjen Bimas Islam No. 637 Tahun 2024 menetapkan ruang lingkup kegiatan jabatan fungsional Penyuluh Agama Islam (PAI) sebagai dasar pelaksanaan tugas yang terukur dan profesional.

Ruang lingkupnya meliputi, penyusunan rencana kerja, identifikasi kelompok sasaran, pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan keagamaan serta pembangunan, evaluasi program, pengembangan metode dan model penyuluhan, serta pengabdian kepada masyarakat dan pengembangan kompetensi diri.

Kegiatan ini disesuaikan dengan jenjang jabatan (Ahli Pertama, Muda, Madya, dan Utama), serta diarahkan untuk menjalankan fungsi utama penyuluh, yaitu informatif, edukatif, konsultatif, dan advokatif, demi memperkuat peran penyuluh sebagai agen perubahan sosial keagamaan yang berdampak di tengah masyarakat. 

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/Artikel%20Penyuluh

Keempat fungsi penyuluh agama Islam, yaitu informatif, edukatif, advokatif, dan konsultatif, merujuk pada tugas pokok yang diamanatkan dalam berbagai kebijakan dan literatur Kementerian Agama.

Fungsi informatif adalah menyampaikan informasi keagamaan, sedangkan edukatif adalah mendidik umat agar berpegang pada ajaran agama yang benar. Fungsi advokatif adalah membela umat dari ancaman, dan konsultatif adalah menjadi tempat konsultasi untuk memecahkan persoalan masyarakat.

Penyuluh Agama Islam (PAI) memiliki posisi penting sebagai ujung tombak Kementerian Agama RI dalam membina dan mengedukasi masyarakat, khususnya dalam aspek keagamaan, kebangsaan, dan sosial kemasyarakatan.

Pertama, Penyuluh Agama Islam dalam Semangat Hari Santri Nasional 2025. Tema Hari Santri Nasional 2025 yang diangkat oleh Kementerian Agama adalah “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia”.  

Penyuluh Agama Islam di berbagai daerah bisa berperan aktif dalam menyelenggarakan, pengajian tematik tentang peran santri dalam sejarah bangsa, sosialisasi nilai-nilai keislaman yang toleran dan damai, kampanye digital bertema santri sebagai pelopor moderasi beragama dan lain-lain.

Kedua, momentum Hari Sumpah Pemuda. Mendorong Penyuluh Agama Islam sebagai agen literasi keagamaan digital. Memasuki 28 Oktober 2025, Hari Sumpah Pemuda menjadi ajang refleksi peran generasi muda, termasuk para penyuluh muda, dalam mengisi ruang digital dengan konten keagamaan yang damai dan mencerahkan.

Seperti, mengembangkan konten dakwah digital melalui media sosial, podcast, atau video pendek. Mendidik masyarakat agar melek literasi keagamaan dan kritis terhadap konten hoaks atau ujaran kebencian bermuatan agama. Menjadi role model dalam mengampanyekan Islam yang rahmatan lil 'alamin di dunia maya. 

Kementerian Agama melalui program Transformasi Digital Layanan Keagamaan juga mendorong penyuluh untuk aktif mengikuti pelatihan konten digital selama tahun 2025.

Ketiga, Moderasi Beragama, misi utama Penyuluh Agama Islam dalam mencegah polarisasi sosial. Kemenag RI di bawah kepemimpinan tahun 2025 terus memperkuat program Moderasi Beragama sebagai salah satu program prioritas nasional.

Penyuluh Agama Islam berperan sebagai agen perubahan di akar rumput dengan pendekatan dialog lintas iman di lingkungan komunitas. Edukasi tentang Islam wasathiyah melalui khutbah, majelis taklim, dan penyuluhan rutin dan pendampingan terhadap kelompok rentan terhadap radikalisme, seperti remaja dan pelajar.

Keempat, Pendampingan Keluarga Sakinah dan Konseling Umat. Sesuai dengan arahan Direktorat Bimas Islam Kemenag RI, penyuluh juga menjalankan fungsi sosial-kultural melalui program Pendampingan Keluarga Sakinah, di antaranya, konseling pranikah dan pasca nikah. Mediasi keluarga bermasalah. Edukasi hak dan kewajiban suami istri sesuai syariat dan Undang-Undang.

Selama Oktober–November 2025, Penyuluh di beberapa daerah juga terlibat dalam kampanye pencegahan pernikahan dini, yang dikolaborasikan dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A). 

Kelima, Persiapan Hari Amal Bakti (HAB) Kemenag RI ke-80. Meskipun jatuh pada 3 Januari 2026, persiapan HAB Kemenag biasanya dimulai sejak November. 

Penyuluh Agama Islam turut mengambil bagian dalam pelayanan sosial keagamaan seperti bakti sosial, donor darah, dan edukasi zakat. Pembinaan rohani ASN di lingkungan Kemenag. Penguatan sinergi lintas agama dalam merawat kerukunan.

Sementara itu, Program strategis yang dilaksanakan oleh Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Purbalingga pada tahun 2025, meliputi.
1. Program Urab Mendoan (Ustadz/Umat Rajin Bertani Mendukung dan Menopang Kehidupan).
2. Program Ekoteologi dan Eco Office
3. Program ZI (Zona Integritas)
4. Digitalisasi Tata Kelola.

Dan Program lainya.
1. GAS Nikah (Gerakan Sadar Pencatatan Nikah)
2. Program CTC (Collaboration and Tolerance Center)
3. Literasi Keuangan Keluarga
4. Kemenag Asri, dan lain-lain

Penyuluh Agama Islam tidak sekadar menjadi penyampai pesan agama, tetapi juga sebagai agen integrasi sosial dan kebangsaan. Selama Oktober–November 2025, berbagai agenda nasional dan kebijakan Kemenag RI telah menjadi ladang amal dan dedikasi bagi para penyuluh untuk terus hadir, menguatkan umat, dan merawat persatuan dalam bingkai iman dan kebangsaan.

Untuk itu, mari Divisi Jaringan Penyuluh Agama Report Informasi (D’Japri) bersama-sama tingkatkan kapasitas literasi digital untuk dakwah modern. Kolaborasi aktif dengan lintas sektor (pemuda, pendidikan, tokoh adat). Dan dokumentasikan kegiatan dalam bentuk narasi dan media visual untuk pelaporan dan diseminasi publik.(*)

#PenyuluhBerkarya #SantriUntukNegeri #ModerasiBeragama #HariSantri2025 #SumpahPemuda2025 #KemenagRI #HABKemenag80

Kamis, 16 Oktober 2025

PAI KUA Kalimanah Latih PKK Mewek Soal Pemulasaran Jenazah

PAI KUA Kalimanah, Pujianto, (kanan) dan Azizah Dwi Purba (peraga jenazah), Zamroni Irham dan Moch Agus Zaenal Abidin saat diacara Pelatihan Pemulasaran Jenazah yang diselenggarakan oleh PKK Desa Mewek, di Balai Kelurahan Mewek, Rabu (15/10/2025). (Foto: Rizal)

Purbalingga-Empat Penyuluh Agama Islam (PAI) dari Kantor Urusan Agama (KUA) Kalimanah, Purbalingga, yaitu Pujianto, Zamroni Irham, Moch Agus Zaenal Abidin, dan Azizah Dwi Purba menjadi pemateri dalam Pelatihan Pemulasaran Jenazah yang diselenggarakan oleh PKK Kelurahan Mewek di Balai Kelurahan Mewek, Rabu (15/10/2025) lalu. 

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/KALIMANAH

Pujianto selaku pemandu mengatakan bahwa, pelatihan bertujuan untuk membekali masyarakat, khususnya anggota Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga ((TP PKK) dari perwakilan setiap RT di Kelurahan Mewek, agar dapat menjadi pelopor dalam pelaksanaan pemulasaran jenazah yang baik dan benar sesuai syariat Islam.

Adapun materi yang disampaikan meliputi empat hal. 

  1. Memandikan jenazah
  2. Mengkafani jenazah
  3. Mensholatkan jenazah
  4. Menguburkan jenazah (baru disampaikan secara teori)

PAI KUA Kalimanah, Pujianto, saat diacara Pelatihan Pemulasaran Jenazah yang diselenggarakan oleh PKK Desa Mewek, di Balai Kelurahan Mewek, Rabu (15/10/2025). (Foto: Rizal)

Penekanan khusus juga diberikan pada penanganan jenazah wanita, di mana syariat Islam mengutamakan agar proses pemulasaran (terutama memandikan) dilakukan oleh pihak mahrom atau keluarga dekat, demi menjaga kehormatan dan sesuai dengan adab Islam.

Pelatihan ini diharapkan mampu memperkuat peran masyarakat dalam pengurusan jenazah secara mandiri, benar, dan beradab sesuai ajaran Islam.(*)

Kontributor: Zamroni Irham
Editor: Imam Edi Siswanto

#4 (Habis) Cerpen Kopi Senja

Ilustrasi by IES

#4 (Habis) Cerpen Kopi Senja: Menulis untuk Perubahan
Penulis: Imam Edi Siswanto

Senja mulai turun di Purbalingga, menyinari ruang kerja kecil di kantor D’Japri yang kini terasa lebih hangat dan penuh semangat. Imam dan Sayono duduk berdampingan, memandang layar laptop yang menampilkan tulisan-tulisan hasil karya para kontributor setelah workshop.

“Lihat, Mas,” kata Sayono, menunjuk ke layar. “Sekarang alur narasinya sudah mulai rapi dan mudah dipahami.”

Imam tersenyum. “Ini bukan cuma soal teknis menulis, tapi soal bagaimana kita menyampaikan cerita yang penting bagi banyak orang. 

Tulisan yang jernih, akurat, dan bertanggung jawab bisa membuka mata, menginspirasi, bahkan menggerakkan perubahan. karena lahir dari buah pikiran yang ikhlas, dari hati dan niat yang baik” ucapnya.

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/10/3-cerpen-kopi-pagi-workshop-mini-dan.html 

Sayono mengangguk, “Ya, kita bukan sekadar menulis berita, tapi membangun budaya literasi yang baik. Dari ruang kecil ini, dari secangkir kopi dan semangat sederhana, D’Japri tumbuh jadi rumah cerita yang bermakna.”

Keduanya pun kembali menyiapkan panduan, mengedit artikel, dan menyiapkan langkah berikutnya, membawa berita positif dan bermutu ke tangan pembaca, satu kata, satu kalimat, satu paragraf pada satu waktu.

BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/Cerpen

Sebagai penutup cerpen Kopi Siang Dua Editor, berikut rangkuman Panduan Mini Menulis Berita Positif.

  1. Judul yang Informatif dan Padat
    Buat judul yang singkat, jelas, dan menggambarkan isi berita secara akurat. Hindari judul clickbait atau terlalu panjang.
  2. Struktur Piramida Terbalik
    Informasi terpenting (5W+1H: What, Who, When, Where, Why, How) harus ada di paragraf pertama atau kedua. Detail pendukung ditulis setelahnya.
  3. Gunakan Bahasa Indonesia Baku
    Pastikan menggunakan kata dan ejaan sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Hindari kata yang tidak baku seperti ‘menginfokan’ atau ‘mensikapi’.
  4. Kutipan yang Jelas dan Lengkap
    Cantumkan nama narasumber, jabatan, dan pernyataan yang relevan. Kutipan membuat berita lebih hidup dan dapat dipercaya.
  5. Tanggal, Lokasi, dan Konteks Jelas
    Tuliskan kapan dan di mana peristiwa terjadi serta latar belakangnya agar pembaca mendapat gambaran lengkap.
  6. Caption dan Visual Pendukung
    Untuk media sosial atau blog, buat caption yang informatif, relevan, dan sertakan foto atau infografis bila memungkinkan.
  7. Periksa Kembali Tulisan
    Selalu baca ulang untuk memperbaiki kesalahan ejaan, tata bahasa, dan memastikan keakuratan informasi sebelum dipublikasikan.
  8. Tanggung Jawab Moral
    Menulis berita bukan hanya soal teknis, tapi juga soal integritas dan menyebarkan informasi yang benar dan bermanfaat. 

Sebagai tambahan, menulis juga tidak sekedar mengandalkan teknologi seperti Artificial Intellegence (AI) atau sejenisnya, namun lahir dari kemurnian pengetahuan, asumsi dan analisa pikiran manusia serta dukungan referensi dan data falid.

Terimakasih pembaca setia blog IPARI Purbalingga, berharap cerita pendek dari 4 episode ada manfaatnya untuk berbagi pengalaman kejurnalistikan, dan tetap semangat dan produktif berbagi informasi inspiratif, positif dan mencerahkan.(*)