|  | 
| Design by IES | 
Berlindung dari Penyakit Bakhil 
Oleh: Siti Suwarti, S.Ag (PAIF KUA Purbalingga Kankemenag Purbalingga)
Oleh: Siti Suwarti, S.Ag (PAIF KUA Purbalingga Kankemenag Purbalingga)
Editor: Imam Edi Siswanto 
Bakhil, sebuah kata yang berasal dari bahasa Arab yang berarti kikir atau pelit. Bakhil adalah sifat dan karakter yang harus dihindari oleh setiap Muslim. Sebab, kebakhilan adalah sikap egois, tercela dan berakibat buruk bagi kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Kebakhilan juga bisa menimpa kepada siapa saja.
  
Itulah sebabnya sifat bakhil atau kikir merupakan salah satu sifat tercela dalam agama Islam. Bahkan para ulama mengatakan jika orang yang memiliki sifat kikir adalah orang yang terlalu cinta terhadap dunia, sehingga orang tersebut tak akan mau membagikan hartanya sedikit pun termasuk untuk bersedekah.
Orang dengan sifat kikir bahkan akan menutup mata saat saudara dan orang terdekatnya merasa kesulitan. Dirinya tidak ingin harta benda yang didapatkannya dinikmati oleh orang lain.
BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/Purbalingga
Syekh Nawawi Al Batani dalam kita Nashoihul Ibad menjelaskan jika kikir adalah bagian dari karakter hayawani, yang mana jika seseorang memiliki sifat kikir maka akan menghapus karakter kemanusiaan dan akan menumbuhkan karakter kebinatangan.
Karenanya, agar umat muslim terhindar dari sifat kikir ada beberapa doa yang bisa dipanjatkan. Pernah diajarkan Rasulullah saw kepada seorang sahabat Anshar, sebagaimana yang diriwayatkan Abu Dawud, nomor hadis 1555.
 
Bakhil, sebuah kata yang berasal dari bahasa Arab yang berarti kikir atau pelit. Bakhil adalah sifat dan karakter yang harus dihindari oleh setiap Muslim. Sebab, kebakhilan adalah sikap egois, tercela dan berakibat buruk bagi kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Kebakhilan juga bisa menimpa kepada siapa saja.
Itulah sebabnya sifat bakhil atau kikir merupakan salah satu sifat tercela dalam agama Islam. Bahkan para ulama mengatakan jika orang yang memiliki sifat kikir adalah orang yang terlalu cinta terhadap dunia, sehingga orang tersebut tak akan mau membagikan hartanya sedikit pun termasuk untuk bersedekah.
Orang dengan sifat kikir bahkan akan menutup mata saat saudara dan orang terdekatnya merasa kesulitan. Dirinya tidak ingin harta benda yang didapatkannya dinikmati oleh orang lain.
BACA: https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/Purbalingga
Syekh Nawawi Al Batani dalam kita Nashoihul Ibad menjelaskan jika kikir adalah bagian dari karakter hayawani, yang mana jika seseorang memiliki sifat kikir maka akan menghapus karakter kemanusiaan dan akan menumbuhkan karakter kebinatangan.
Karenanya, agar umat muslim terhindar dari sifat kikir ada beberapa doa yang bisa dipanjatkan. Pernah diajarkan Rasulullah saw kepada seorang sahabat Anshar, sebagaimana yang diriwayatkan Abu Dawud, nomor hadis 1555.
اَللَّهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَاَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَاَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَاَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّ جَالِ 
Artinya: “Ya Tuhanku, aku berlindung pada-Mu dari rasa bimbang dan rasa sedih, dari rasa lemah dan rasa malas, dari sifat pengecut dan sifat kikir, serta dari beban hutang dan tekanan orang-orang (jahat).”
Kata الْبُخْلِ yang mempunyai arti kikir adalah menahan atau menyimpan sesuatu dengan enggan memberikannya. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang menahan hartanya dan tidak mau mengeluarkan untuk keperluan yang semestinya, baik untuk dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Orang bakhil mencintai hartanya melebihi apapun juga. Sebab, ia merasa bahwa harta kekayaannya adalah miliknya secara hakiki, sehingga, sulit untuk melepaskannya.
Secara istilah dalam syariah, kikir atau bakhil ini merujuk pada sifat seseorang yang sangat enggan mengeluarkan hartanya untuk keperluan-keperluan yang disyariatkan atau dianjurkan dalam agama, seperti sedekah, zakat, dan infaq.
Ini adalah sifat yang menyebabkan seseorang menahan hartanya dari berbagi, bahkan dalam keadaan yang sangat membutuhkan. Sifat bakhil ini tidak hanya terbatas pada menahan harta, tetapi juga mencakup sikap enggan berbagi dalam bentuk apapun, termasuk ilmu, tenaga, dan waktu. Padahal, Allah sudah mengingatkan dalam surah Ali Imran ayat 180: 
  
“Sekali-kali janganlah orang-orang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak dilehernya di hari kiamat.”
وَلَا يَحۡسَبَنَّ الَّذِيۡنَ يَبۡخَلُوۡنَ بِمَاۤ اٰتٰٮهُمُ اللّٰهُ مِنۡ فَضۡلِهٖ هُوَ خَيۡـرًا لَّهُمۡؕ بَلۡ هُوَ شَرٌّ لَّهُمۡؕ سَيُطَوَّقُوۡنَ مَا بَخِلُوۡا بِهٖ يَوۡمَ الۡقِيٰمَةِ 
“Sekali-kali janganlah orang-orang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak dilehernya di hari kiamat.”
Menurut Imam al-Ghazali, ada dua hal penyebab penyakit bakhil. Pertama, cinta harta dan takut miskin. Kedua, panjangnya angan-angan. Untuk mengobatinya harus mencari lawan dari penyebabnya itu. Orang yang cinta harta dan takut miskin perlu pengobatan dengan cara melawannya dengan sifat qanaah (merasa cukup dengan apa yang telah ada).
Cinta harta dan takut miskin adalah lanjutan dari ketamakan dan kerakusan terhadap harta yang telah dimilikinya. Ia mengira dengan banyaknya harta yang dimiliki, akan akan bahagia hidupnya. Tidak! Jika kebakhilan disebabkan oleh karena panjangnya angan-angan, maka obatnya menurut Imam al-Ghazali adalah dengan mengingat kematian.
Dengan menyadarkan akan kematian pasti akan ada perubahan pada setiap manusia. Maka, akan lahir kemauan untuk mempersiapkan diri setelah kematian. Harta yang saat ini dimilikinya merupakan titipan Allah yang harus dijaga dan digunakan sesuai peruntukannya.
Orang yang di dalam hatinya sudah dirasuki sifat kikir akan mengorbankan dirinya demi mengejar harta dunia dan dia sendiri tidak mau membelanjakan hartanya untuk kebahagiaan diri sendiri maupun orang lain.
Sudah menjadi fitrah manusia untuk mencari harta selama hidup di dunia. Setiap manusia pasti berusaha mencari harta untuk mencukupi diri dan keluarganya. Begitu halnya dengan sifat kikir atau pelit. Sifat ini juga sudah menjadi fitrah tersendiri bagi manusia. Namun hanya sedikit sekali dari kita yang mampu mengendalikan fitrah ini ke arah yang lebih dicintai oleh Allah.
Sifat kikir banyak ditemui saat seseorang memiliki kecukupan harta. Di saat inilah manusia diuji untuk saling berbagi. Jika orang tersebut memiliki keimanan yang kuat, sudah tentu dia dengan mudah mengeluarkan hartanya untuk sesama. Namun jika tidak maka sifat kikir dan hobi menumpuk-numpuk harta telah menguasai jiwanya.
Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda: “Jauhilah (takutlah) oleh kalian perbuatan dzalim, karena kedzaliman itu merupakan kegelapan pada hari kiamat. Dan jauhilah oleh kalian sifat kikir, karena kikir telah mencelakakan umat sebelum kalian, yang mendorong mereka untuk menumpahkan darah dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan bagi mereka”. (HR: Muslim).
Saat ini kebakhilan sudah menjadi penyakit yang meluas dikalangan ummat Islam. Ekonomi kapitalis dan budaya hidup cuek inilah yang menjadikan kita tidak peka terhadap sesama. Lingkungan keluarga dan masyarakat telah berhasil menanamkan jiwa invidualisme. Yang penting menjadi kaya, kecukupan, semua kebutuhan serba ada, dan tidak memikirkan kebutuhan saudaranya yang lain.
Karena sebab itulah muncul berbagi bentuk kebahilan pada ummat islam ini. Bakhilnya seorang da’i untuk menyampaikan kebenaran karena takut nikmat dunianya berkurang. Bakhilnya seorang pemimpin untuk menggunakan kepemimpinannya guna membela islam dan kebenaran. Bakhilnya seseorang untuk mengorbankan waktunya berfikir untuk kemajuan Islam.
Bakhilnya seseorang untuk mengeluarkan hartanya di jalan Allah Ta’ala. Lebih parah lagi adalah bakhilnya seseorang untuk memberikan kemudahan bagi orang lain walaupun hanya dengan sesuatu yang remeh. Orang yang bakhil tidak akan mungkin mau memberikan hartanya, waktunya, tenaganya apalagi jiwa dan ruhnya untuk Islam.
Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita dalam melakukan kebaikan, melapangkan dada kita untuk berinfaq dan menjauhkan kita dari kebakhilan. Tidaklah seseorang dimudahkan dalam berinfaq kecuali atas kehendak-Nya, dan tidak ada yang disempitkan karena kebakhilan kecuali atas kehendak-Nya.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar